Selasa, 31 Maret 2009

Homogenitas Pencampuran Konsentrat dengan Jagung Pada Peternakan Ayam Petelur

Proses pencampuran antara konsentrat dengan jagung, dedak dan bahan tambahan lain terjadi di mixer. Dari mixer inilah ada jaminan bahwa semua bahan tercampur merata, sehingga kandungan obat dan nutrient dalam setiap sudut sama. Ini perlu diketahui oleh para peternak agar performa yang dihasilkan tetap optimal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses ini :

1. Jenis Mixer

Semua jenis mixer dirancang untuk mencampur supaya bahan menjadi homogen, tetapi setiap jenis mixer berbeda-beda tingkat kemampuan mencampurnya jika di hubungkan dengan kapasitas dan kecepatan (mixing time). Mixer ribon atau padle mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, begitu juga antara mixer horizontal dan vertikal. Oleh karenanya pemilihan mixer sesuai dengan penggunaanya harus diperhatikan.



2. Berat Jenis Bahan

Beberapa bahan mempunyai density tinggi seperti tepung batu, DCP, namun beberapa lainya mempunyai density rendah seperti polard. Bahan baku yang mempunyai berat jenis tinngi akan cenderung bergerak kebawah sehingga waktu mixer yang dibutukan juga lebih tinggi jika dibandingkan pakan yang tidak banyak mengandung bahan yang densitynya tinggi. Walaupun tidak selalu pakan yang menggunakan bahan dengan density tinggi menghasilkan pakan dengan density tinggi.

3. Kelebihan atau kekurangan

Kelebihan atau kekurangan volume bahan dalam mixer juga tidak baik, standart umum digunakan adalah 2/3 dari volume mixer. Contoh Volume Mixer 5 ton hanya bisa digunakan untuk 3.5-4 ton saja. Ini juga tergantung dari desity bahan yang digunakan seperti tersebut diatas, karena bahan yang densitynya rendah sangat memakan tempat. Oleh karena itu perlu di ingat ukuran mixer bukanlah tonase tetapi M3 ­­ supaya ada keleluasaan seberapa banyak orang akan mengisi mixernya agar tetap homogen.

4. Partikel Size Bahan

Beragamnya partikel size perlu dipertimbangkan untuk menentukan waktu mixing yang tepat agar tetap homogen.

5. Waktu Mixer

Waktu yang dibutuhkan oleh mixer agar semua bahan dapat homogen disebut dengan Mixing Time. Walaupun kapasitas mixer sama tetapi tidak semua produk mendapat perlakuan yang sama dalam hal mixing time agar produk bisa homogen. Penentuan waktu mixing dipengaruhi oleh ke-4 hal tersebut diatas dan terutama hasil tes homogenitas mixer itu sendiri.

Homogenitas

Homogenitas ini menjadi salah satu tolak ukur apakah pakan yang dibuat dapat dipertanggung jawabkan kualitas dan keamananya bagi ternak. Walaupun secara formulasi telah memenuhi standar, namun jika proses mixer kurang baik dalam artian homogenitasnya maka performance ternak secara keseluruhan tidak akan bagus. Bahkan bisa membahayakan kesehatan ternak itu sendiri karena ketidak homogenan obat didalamnya.

Oleh karena itu perlu adanya teknik untuk mengetahui apakah hasil mixer sudah homogen atau belum. Teknik ini sangat diperlukan baik oleh feed mill atau farm-farm yang biasa mencampur pakan sendiri.

Langkah-langkah yang diperlukan antara lain :

1. Koleksi Sample

Koleksi sample yang dimaksud adalah contoh produk yang telah di mixer dengan waktu tertentu pada mixer yang diharapkan dapat mewakili semua pakan dalam mixer tersebut. Paling tidak ada 10 titik yang harus diambil samplenya sehingga bisa yakin bahwa semua bagian terwakili.

Teknik pengambilan sample itu sendiri tergantung dari manufaktur yang ada, untuk farm bisa dilakukan pemberhentian mixer sesat. Namun perlu diperhatikan pada saat menjalankan mixer kembali karena putaran mixer dikontrol dengan sistem DOL. Pengambilan sample yang terbaik adalah dilakukan setelah mixer dengan mencatat waktu pengeluaran dari mixer yang kemudian dibagi rata. Interval inilah yang digunakan sebagai patokan titik-titik sample yang diambil. Metode inilah yang dilakukan di beberapa feedmill sebelum pakan melewati rotary dreser.


Gambar 1. Contoh Skema pengambilan sample pada Horizontal Mixer (Paddle)

2. Menganalisa Sample

Ada beberapa teknik analisa sample untuk uji homogenitas mixer, tetapi pada prinsipnya adalah jika bahan yang jumlahnya kecil saja homogen maka bahan yang penggunaan banyak pasti juga lebih homogen. Beberapa teknik yang sering digunakan adalah :

a. Penggunaan Micro Tracer

Caranya adalah dengan menambahkan sejumlah micro tracer kedalam bahan yang akan di mixer, dan kemudian menghitungnya dalam sample - sample yang telah diambil. Dari sample inilah akan dihasilkan data yang akan dianalisisa secara statistik apakah homogen atau tidak.

b. Metode Quantab

Merupakan Test NaCl dengan “Quantab”.

c. Pengukuran Kandungan Garam NaCl

Pengecekan bisa dilakukan di laboratorium kimia.

3. Analisa Data

Dari data analisa sample kemudian di analisis secara statistik seperti contoh berikut :


Jika hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa koefisien of variant pada level 85- 90 % maka waktu mixer sebaiknya ditambah 50 %; sedangkan jika berada pada angka 80-85% maka waktu mixer perlu ditambah 100% dari waktu sebelumnya. Jika hasil sangat buruk (<80%)>ufactur, waktu mixer dan isi dari mixer. Isi yang terlalu banyak atau sedikit bisa menyebabkan homogenitas menurun. (Penulis :skm/Sukarman)(sumber : www.cjfeed.co.id)

Readmore »»

Manajemen Litter Pada Broiler Komersial

Manajemen Litter pada broiler adalah salah satu faktor penting yang harus di perhatikan, karena selama hidupnya broiler berada di atas litter yang bercampur dengan kotoran, sisa pakan yang tercecer dan air yang tumpah; kondisi tersebut bisa memicu infeksi penyakit pada broiler. Litter yang kering dan berdebu bisa meningkatkan ayam yang mengalami dehidrasi, penyakit pernafasan dan bisa dipastikan akan mengalami penyakit tertentu, namun litter yang basah secara umum mempunyai efek negatif yang besar pada performance, kesehatan dan keuntungan dalam budidaya. Oleh karena itu yang paling baik adalah bagaimana mengatur litter agar kadar airnya berkisar 25% (20-25%). Hal tesebut membutuhkan pengetahuan khusus dari mulai memilih material untuk litter, dan bagaimana pengelolaannya.

Material untuk Litter

Di Indonesia Litter biasa diartikan sebagai sekam, karena pada kenyataanya sebagian peternak menggunakan sekam padi sebagai bahan litter pada broiler. Namun perlu diketahui bahwa litter bisa saja berasal dari bahan lain, asalkan memenuhi syarat tertentu dan sesuai dengan tujuan pemberian litter tersebut.

Paling tidak ada 3 tujuan menggunakan litter pada budidaya broiler yaitu:

  1. Untuk menyerap air, bisa dari tempat minum yang tumpah dan atau dari kotoran yang basah
  2. Mengurangi kontak broiler dengan kotoran
  3. Pada broiler masa pre-starter (umur 0-7 hari), Litter berfungsi sebagai pembatas kontak langsung dengan lantai yang suhunya terlalu dingin. Bahkan pada masa tersebut, suhu litter menjadi salah satu parameter penting untuk menciptakan suasana yang nyaman.

Oleh karena itu kita perlu jeli dalam memilih jenis litter yaitu harus menyerap air, ringan (low density), murah dan tidak beracun.



Berikut ini adalah beberapa alternatif bahan yang bisa digunakan sebagai litter dalam budidaya broiler.

Jerami

Jerami Gandum dinilai paling cocok untuk material litter

Jerami Jewawut (barley) lebih jelek dibandingkan jerami gandum

Jerami padi yang di buat hay (dikeringkan) berpotensi sebagai bahan litter

Kriteria jerami secara umum: harus dipotong kecil-kecil agar menyerap air lebih banyak, harus bebas dari residu peptisida, dan jamur. Di Indonesia jerami gandum dan jewawut tidak tersedia. Potongan dari bonggol jagung yang kering juga berpotensi sebagai litter.

Potongan Kertas Bekas

Potongan kertas mempunyai daya serap yang sangat tinggi terhadap air, namun jika kotoran basah litter dari bahan kertas sangat sulit untuk dikelola. Tinta warna juga di kawatirkan dapat berbahanya dan bersifat racun bagi ternak.

Serbuk Gergaji

Sifatnya sangat menyerap air, serbuk gergaji yang kering sangat bagus untuk bahan litter, namun harus diperhatikan apakah ada residu bahan kimia dari yang digunakan industri kayu atau tidak karena bahan tersebut berbahaya bagi ternak.

pasir

Walaupun bisa di gunakan sebagai bahan litter, pasir tidak dianjurkan digunakan di Indonesia karena tidak bisa digunakan sebagai penghalang dingin dari lantai. Hanya mungkin digunakan jika lantai panas, dan sulit/berat untuk di balik.

Kulit Kacang

Bahan ini murah, tetapi ketersediannya sedikit. Walaupun kulit kacang keras tetapi mudah untuk dikelola. Kelemahan yang paling besar adalah mudah ditumbuhi jamur dan beresiko terjadinya aspergillosis.

Sekam Padi

Di Indonesia bahan ini adalah pilihan terbaik, selain harganya murah ketersediannya juga cukup melimpah dan mampu menahan suhu dingin dari lantai. Namun demikian daya serap bahan ini terhadap air sangat rendah sehingga perlu penambahan (penaburan) berulangkali untuk menghindari litter basah


Kualitas Litter

Setelah memilih bahan untuk litter, peternak diharapkan juga mengetahui apa saja yang mempengaruhi kualitas litter sehingga mampu menjaga agar litter selalu dalam kondisi bagus pada saat masa pemeliharaan.

1. Kadar Air pada Litter

Kandungan air dalam liiter dapat dipengaruhi oleh jenis tempat minum, kelembaban, sirkulasi udara, bahan dari liltter, ketebalan, density ayam dan tingkat kesehatan ayam.

Pemasangan air minum yang terlalu tinggi tidaklah baik dalam manajemen pemeliharaan broiler, namun penempatan tempat yang terlalu rendah sering mengakibatkan banyak air yang tumpah yang menyebabkan litter menjadi basah. Padahal nipple dan tempat minum yang digantung dipercaya mampu mengurangi kadar air litter hingga 7% jika dipasang dengan benar.

Para ahli menyarankan ketebalan litter antara 5-10 cm, tergantung dari bahan yang digunakan, kondisi lingkungan dan musim. Biasanya jika ketebalan litter kurang dari 7 cm sering mengakibatkan banyak litter yang menggumpal sehingga banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuang gumpalan

2.
Amonia
Kandungan amonia mempunyai efek negatif pada performance, kualitas karkas, pewarnaan pada kulit dan kesehatan. Mengambil litter yang basah dan mengurangi pH litter adalah 2 cara untuk meminimalisasi kandungan amonia. Beberapa literatur menyebutkan bahwa kadar amonia 25 ppm atau lebih dalam litter menyebabkan membengkaknya FCR dan perbedaan berat badan panen turun. Wacana saat ini adalah men-treatment litter dengan bahan kimia tertentu dan atau acidifier untuk mengurangi amonia dan populasi bakteri. Adapun penyebab tingginya amonia adalah kondisi litter yang basah, dan level crude protein yang terlalu tinggi pada pakan sementara kandungan asam aminonya tidak seimbang. Penyebab wet dropping sendiri bermacam-macam. Kelebihan mineral tertentu menyebabkan ayam minum lebih banyak sehingga terjadi wet dropping, atau karena kasus infeksi penyakit dan atau karena suhu lingkungan pada saat itu sangat tinggi. E coli, Comphylobacterjejuni dan Spirochaetes berpotensi menyebabkan wet dropping. Mycotoxin dalam pakan menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan wet dropping. Selain itu liiter juga kadang bisa berlemak jika Qualitas minyak yang digunakan jelek. Cara yang terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menambah/menabur litter kembali.
3. Density Ayam

Telah diketahui bahwa kepadatan ayam sangat berpengaruh terhadap
performance danuniformity. Tingginya kepadatan menyebabkan tekanan
kondisi lingkungan. Oleh karena itujika kepadatan ayam tinggi
disarankan untuk menambah jarak tempat pakan dan harus ada
ketersediaan minum secara terus menerus.


Tips Menjaga Kualitas Litter
  1. Untuk menghindari akumulasi amonia pada saat brooding, pemanasan dan ventilasi yang baik selama 24 - 48 jam sebelum chick in membantu untuk mengatasi hal tersebut.
  2. Dalam minggu pertama pengaturan minimum ventilasi untuk mengeluarkan amonia agar tidak meningkat sangat dibutuhkan. Pembukaan layar minimal antara 1 - 5 menit tergantung pada tingkat amonia.
  3. Untuk ayam dewasa menggunakan kipas angin untuk menggerakan udara. Ini bisa mengurangi kadar air litter dan akumulasi amonia.
  4. Cek kondisi dan pemasangan tempat air minum. Air minum yang tumpah menyebabkan litter cepat basah dan menggumpal.
  5. Litter yang mengumpal harus diambil dan diganti dengan yang baru.
  6. Spray dengan disinfektan secara rutin (harus berkabut) untuk mengurangi populasi bakteri, sebelum dan sesudah menambahkan litter yang baru.
  7. Secara berkala harus ada penambahan litter, mengingat bahan tertentu mempunyai keterbatasan kemampuan dalam penyerapan air.

Kualitas Litter vs Penyakit

Bakteri dalam feses jumlahnya cukup banyak, termasuk E coli juga di temui dalam jumlah besar. Ini berbahaya jika kondisi sekam berdebu, karena jumlah bakteri dalam udara bisa mencapai 106 per gram. Jika di hirup oleh ayam setiap hari maka maka ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya Colibacsilosis, selain itu bakteri jenis lain yang menyebabkan penyakit pernafasan juga akan menginfeksi ayam. Terlebih jika kondisi sirkulasi udara kurang baik. Pada litter yang basah efek amonia lebih dominan, amonia bisa menurunkan performa, mempengaruhi pewarnaan pada kulit, pada level 25 ppm menurunkan berat badan dan meningkatkan FCR, tetapi pada level yang lebih tinggi (50-100 ppm) dapat menyebabkan kebutaan pada ayam. Infeksi akibat virus juga bisa menginfeksi ayam dalam kondisi tersebut.
(Penulis : skm/Sukarman) (Sumber : www.cjfeed.co.id)

Readmore »»

Kualitas dan Manajemen Air di Peternakan Broiler

Pendahuluan
Air merupakan nutrien yang esensial pada ayam, kekurangan atau kelebihan konsumsi air minum mempunyai efek yang besar terhadap performa ayam. Namun demikian air tidak hanya berfungsi sebagai nutrien, tetapi air juga merupakan komponen utama darah, sebagai alat transportasi dalam tubuh ayam, berfungsi untuk memperlunak pakan, membantu dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi lainnya serta sebagai penyeimbang suhu tubuh. Dalam hal lain air juga bercampur dengan kotoran (pembawa) dan dibutuhkan dalam reaksi-reaksi tertentu seperti dalam proses pembentukan daging dan telur, serta reaksi enzymatic lainnya. Sementara itu tubuh ayam sendiri mengandung 70% air, dan pada DOC kandungan airnya bisa mencapai 85%.

Konsumsi air pada ayam juga tidak sedikit, secara umum konsumsi air besarnya 2 x konsumsi pakan. Ayam jantan juga mimum air lebih banyak dibandingkan ayam betina, begitu juga dengan umur (berat badan); ayam tua lebih banyak membutuhkan air dibandingkan ayam muda. Selain faktor internal dari ayam itu sendiri faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi air. Beberapa ahli menyebutkan bahwa pada suhu diatas 21o C, kenaikan suhu 1oC akan meningkatkan konsumsi air 6-7%.

Beberapa Hal Penting Berkaitan dengan Air di Peternakan :

Paling tidak ada 3 hal yang di perhatikan kaitanya dengan air di peternakan yaitu :

Jaminan Ketersediaan

Ketersediaan air harus dijamin disuatu peternakan, baik dari sumur bor maupun sumur resapan. Sebelum membuat sumur harus di perhitungkan berpa banyak populasi ayam yang di pelihara dan lokasi peternakan. Dibeberapa lokasi pembuatan sumur harus lebih dalam dibandingkan dengan lokasi lain, tergantung dari ketinggian dan ketersediaan air tanah. Saat ini pada saat musim hujan ketersediaan air tanah sangat berlimpah, namun pada saat musim kemarau seringkali beberapa peternakan kekurangan air. Oleh karena itu perlu juga di sediaan tandon air (penyimpanan utama) dan bak-bak di kandang untuk penyimpanan dan ketersidaan air pada musim atau kondisi tertentu. Debit air juga harus di perhitungkan berdasarkan konsumsi air mimum dan populasi ayam yang di pelihara dan harus di perhitungkan juga untuk sanitasi peralatan khususnya yang menggunaan tempat air minum manual. Tabel berikut adalah kebutuhan air beberapa jenis unggas.

Tabel 1. Konsumsi Air (liter/hari)


Kualitas Air

Fisik air adalah parameter pertama untuk menjamin kualitas air di peternakan, namun demikian air yang jernih dan kelihatan bagus oleh mata; tidak berbau dan berasa tidaklah menjamin bahwa kualitasnya sesuai untuk peternakan. Tentu saja semuanya harus di cek di Laboratorium untuk memastikan. Hal ini penting sekali untuk diketahui peternak, karena kualitas air yang rendah bisa menghambat pertumbuhan, mengurangi produksi telur atau kualitas telur. Contohnya; FCR di pengaruhi oleh kandungan sulfat, copper, Na, Ca dan Chloride dalama air. Sedangkan berat badan berkorelasi negatif dengan hardness dan kandungan oksigen, kandungan bakteri dan pH jika kurang dari 6. Tabel 2 adalah petunjuk untuk mengetahui apakah kualitas air di suatu peternakan baik atau tidak.
Jika hasil uji di laboratorium menunjukan bahwa ada beberapa parameter yang tidak memenuhi standar atau nilainya terlalu tinggi, maka sebaiknya peternak melakukan treatment tertentu terhadap air tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

1.

Filtrasi


Diperlukan untuk mengurangi kandungan bahan organik dan kekeruhan air.

2.

Chlorinasi


Metode ini paling populer di peternakan untuk menghilangkan kandungan bakteri, lumpur dan pertumbuhan alga dalam saluran air serta menghilangkan nitrite, fe, manganese dan sulfur. Jika dilakukan secara terus menerus bisa menyebabkan korosif pada bahan-bahan yang terbuat dari besi dan mengurangi efektifitas program pengobatan. Namun demikian clorinasi secara terus menerus sebesar 3-5 ppm memang di perlukan untuk mengontrol jumlah bakteri coliform dalam air sebelum di konsumsi oleh ayam. Sebaiknya peternak menggunakan Sodium clorite untuk clorinasi, dengan pertimbangan sodium mudah larut dalam air di bandingkan calsium. Kedepannya clorinator sangat di perlukan untuk menjamin bahwa dosis yang diberikan selalu sama setiap waktu, dan kadar clorine dalam air stabil.

3.

Ozonisasi


Metode belum banyak dilakukan di peternakan, karena investasinya cukup mahal

Tabel 2. Standart Kualitas Air untuk Peternakan

Selain dari faktor penentu kualitas air yang disebut di atas, suhu air juga perlu dimonitoring. Jika suhu air diatas 26.7oC maka konsumsi air akan menurun, tentu saja ini bisa mengakibatkan pertambahan bobot badan harian turun. Untuk praktisnya jika dalam setiap harinya suhu air lebih dari 24 oC, bisa jadi diperlukan metode tertentu untuk mendinginkan air terutama pada musim panas. Selain itu air yang dingin bisa mengurangi stres panas dan meningkatkan performan ayam broiler.

Peralatan dan Manajemen

Sebaiknya sumber air (sumur) tidak hanya satu, terutama jika peternakannya besar. Hal tersebut untuk menghindari kekurangan air pada saat ada kerusakan pompa air atau perlu pembersihan jalur distribusi air. Jalur distribusi air dari sumur menuju tandon utama juga harus mudah dibersihkan sewaktu-waktu, hal ini mengingat bahwa lumut (alga) sangat mudah tumbuh dalam air. Begitu juga dengan jalur distribusi air dari tandon utama ke bak-bak kandang.

Sanitasi tempat penampungan air dalam jalur distribusi harus dilakukan secara rutin dan berkala. Pada saat itu perlu dicek kondisi kualitas air sebelum dilakukan sanitasi dibandingkan setelah dilakukan sanitasi dan juga setelah dilakukan treatment dengan chlorine.

Setelah ada jaminan air bisa selalu tersedia dengan kualitas yang baik, yang terakhir harus diperhatikan adalah pada saat ayam minum yaitu berhubungan dengan jenis tempat minum (drinke) yang digunakan dan pemasangannya. Drinker manual bell drinke) lebih mudah dibersihkan, namun kemungkinan air tumpah dan membasahi litter cukup tinggi. Berbeda dengan nipple, jika dalam kondisi normal sedikit sekali air yang tumbah ke litter. Namun demikian kedua-duanya harus diatur dengan ketinggian yang proporsional. (Penulis : skm/Sukarman(Sumber: www.cjfeed.co.id)


Readmore »»

Membenahi Penyimpanan Pakan di Kandang

Menjelang musim penghujan banyak hal yang perlu disiapkan peternak agar produksi dan kesehatan ayam tidak terganggu, salah satunya adalah penyimpanan pakan, mengingat pakan adalah bahan yang padat gizi dan mudah rusak pada situasi lingkungan yang buruk. Melalui website ini, CJ Feed mengajak para peternak untuk membenahi hal tersebut dengan tujuan tetap menjaga performa di Lapangan.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu disiapkan agar pakan tidak rusak pada masa penyimpanan di gudang peternak:

1. Sarana dan Prasarana

a. Gudang


Lokasi gudang sebaiknya bebas dari area genangan air yang bisa menimbulkan kelembaban berlebih. Selain itu perlu dicek juga apakah atap gudang dalam kondisi tidak bocor, mengingat bahwa pakan akan sangat cepat rusak jika terkena air. Gudang dengan ventilasi yang cukup akan membantu mencegah kerusakan pakan akibat kelembaban yang tinggi dalam ruangan. Sebisa mungkin gudang dibuat dengan rapih sehingga tikus tidak masuk ke dalamnya.

b. Pallet


Sudah menjadi suatu hal yang wajib jika pallet digunakan di pabrik pakan. Pallet ini tidak hanya sekedar mempermudah perhitungan pakan akan tetapi juga sangat bermanfaat pada saat transportasi ke truk dan mempertahankan kualitas pakan itu sendiri. Di gudang peternak sebaiknya juga disediakan pallet, namun pallet ini bukan difungsikan untuk mempermudah transportasi menggunakan forklift, tetapi justru lebih fokus untuk menjaga kualitas dan kerapihan tumpukan pakan. Pakan yang menyentuh lantai langsung, akan cepat rusak karena akan terjadi proses pengembunan di antara karung dan lantai. Rongga di bawah pallet diperlukan untuk menjamin sirkulasi udara, sehingga walaupun ada alas pengganti pallet maka sistemnya juga harus seperti pallet.



2. Pembelian Pakan


Pembelian pakan yang direncanakan, secara tidak langsung juga turut berperan dalam menjaga performa ayam. Pembelian pakan berlebih akan mengakibatkan terlalu banyak stok di gudang sehingga usia pakan yang digunakan terlalu lama. Sebaiknya pakan digunakan tidak lebih dari 1 minggu di kandang. Hal ini dilakukan karena pakan merupakan campuran dari banyak bahan yang mempunyai sifat kimia berbeda.
Bahan-bahan yang mengandung lemak tinggi seperti CPO, Dedak Padi dan MBM akan lebih mempercepat terjadinya oksidasi. Bahan-bahan kecil seperti vitamin dan antibiotik manfaatnya akan menurun jika disimpan dalam jangka waktu yang terlalu lama, apalagi telah tercampur dalam pakan. Oleh karena itu juga, dalam pakan biasanya sudah diberikan antioksidan dengan dosis tertentu. Namun demikian pemberian antioksidan ini juga mempunyai keterbatasan dalam menghambat terjadinya oksidasi , tergantung pada kandungan zat aktif dan dosisnya. Selain kerusakan pakan akibat oksidasi, pakan yang disimpan terlalu lama juga bisa berkutu. Terkadang waktu diproses produksi kutu masih dalam bentuk telur, sehingga tidak terlihat pada pakan yang fresh. Ini terjadi terutama untuk pakan layer, karena banyak mengandung dedak yang mudah untuk perkembangbiakan kutu.



3. Manajemen Gudang


Sebuah bahasa sederhana yang biasa dipakai untuk masalah pergudangan yaitu FIFO (first in first out). Kelihatanya sederhana, tetapi kadang menjadi masalah di gudang. Penempatan barang pada posisi yang menghalangi jalan untuk mengambil pakan yang lama menyebabkan proses FIFO tidak berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, perlu ada jarak antara pallet dan juga ada label tanggal kedatangan pakan. Pakan yang baru datang juga harus dipisahkan tumpukanya dengan pakan yang sudah ada di gudang agar tidak tercampur dan membedakan mana pakan yang lama dengan yang baru.

Untuk memperlancar hal tersebut perlu adanya perhitungan stok pakan yang tepat agar gudang tidak terlalu penuh dan juga ayam tidak terlambat makan. Khusus untuk pakan ternak sebenarnya bisa diestimasi dari konsumsi harian pakan. Contoh: ayam layer dengan populasi 15.000 ekor, maka dengan asumsi konsumsi pajakan sebanyak 115 gram per hari, maka kebutuhan hariannya adalah 1.725 ton per hari. Oleh karena itu, sebaiknya pengiriman pakan 7 ton setiap 4 hari sekali. Jadi umur pakan sampai hanya 4-5 hari saja. Pakan kasus broiler bisa dihitung sesuai dengan umur dan peningkatan konsumsi harian. Umumnya pakan broiler lebih awet dibandingkan pakan layer, karena bentuknya crumble dan telah terkena steam. Sedangkan pakan layer banyak mengandung dedak padi yang mempunyai sifat mudah tengik dan cepat menggumpal.




Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian stok dengan perhitungan. Manager farm atau staf produksi sebaiknya sering melakukan stock opname, untuk memastikan bahwa pakan yang ada di gudang sesuai dengan yang dilaporkan. Hal itu juga untuk menghindari kesalahan pemberian pakan oleh operator, penyalahgunaan pakan dan hal-hal negatif lainya. Salah satu cara yang paling efektif yaitu dengan menghitung jumlah sak yang telah dipakai pakannya untuk mengetahui seberapa banyak pakan yang telah digunakan. Terutama untuk farm baru/kecil/plasma perlu adanya pendampingan yang lebih intensif agar menjadi peternak yang profesional. (Penulis :SKM/Sukarman)(Sumber :www.cjfeed.co.id)


Readmore »»

Penggunaan Energi dalam Ayam Broiler

Banyak para pelajar, praktisi dan peternak yang mengartikan energi sebagai salah satu nutrisi dalam pakan ternak. Karena kata energi ini sering sekali ditulis secara bedampingan dengan protein, lemak, serat dan nutrient lainya. Padahal energi itu sendiri bukan nutrisi, energi adalah kalor (panas) yang dihasilkan dari metabolisme beberapa nutrient yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Namun demikian energi tetap menjadi salah satu ‘nutritional factor’ untuk mendapatkan performance broiler yang optimal.

Ada 2 hal mendasar yang perlu diketahui peternak menyangkut energi pada pakan broiler. 1) Sampai saat ini energi dalam bahan baku yang bisa di analisa adalah gross energi, sementara yang digunakan oleh broiler adalah net energy atau yang sering kita sebut sebagai metabolisme energi. Metabolisme energi inilah yang dipakai pada sistem formulasi pakan ternak. Artinya nilai ME tidak didapat dari laboratorium, namun didapatdari persamaan (rumus) yang telah diuji oleh para ahli nutrisi ternak dan peneliti. 2) Pengaruh kekurangan energi pada performance sangat besar. Pengaruh terbesar pada ayam broiler adalah memperburuk FCR. Pada saat energi per kg pakan kurang dari kebutuhan, maka ayam akan makan lebih banyak untuk menjaga kebutuhan energi tubuhnya. Walaupun ayam makan lebih banyak pertambahan berat badannya tidak ikut meningkat. Dan ini membuat pemenuhan kebutuhan energi menjadi lebih mahal serta mengurangi ‘value’ dari energi itu sendiri.

Adapun penggunaan energi pada broiler secara garis besar bisa di bagi menajdi 2 bagian :

1. Pemenuhan Hidup Pokok (Maintenance)

  • a. Energi untuk metabolisme (basal metabolisme)

Bagaimanapun juga proses pencernaan, penyerapan, reproduksi, proses dalam sel dan segala macam proses dalam tubuh unggas yang sering di sebut dengan proses metabolisme tetap juga membutuhkan energi Kebutuhan energi untuk basal metabolisme semakin meningkat dengan bertambahnya berat ayam (surface area), walaupun kebutuhan per kg berat badanya semakin kecil.

  • b. Kenaikan panas tubuh karena aktivitas

Proses metabolisme protein dan lemak juga akan meningkatkan panas tubuh ayam, pada saat yang sama maka ayam memerlukan energi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya. Jagung mengahasilkan panas bahang yang lebih tinggi dibandingkan minyak, ini adalah salah satu penyebab beberapa ahli merekomendasikan mengganti sumber energi ke lemak pada saat cekaman panas.

  • c. Kenaikan panas tubuh karena ‘thermal regulation’

Pada saat lingkungan disekitar kandang tinggi, maka suhu tubuh ayam juga ikut meningkat. Untuk menurukan suhu tubuhnya ayam akan minum lebih banyak, dalam tubuh ayam itu sendiri ada energi yang dipakai untuk menetralisir hal tersebut.

  • d. Energi pada feses dan urine

Energi yang terbuang sebagai endogenous energy dalam feses dan urine adalah nilai mutlak yang tidak bisa di tawar lagi.

  • e. Immune Respons

Pada saat ayam broiler terinfeksi suatu penyakit, maka sebagian nutrient akan digunakan untuk meningkatkan daya tahan. Glukosa dalam darah juga menurun, maka dari itu energi untuk pertumbuhan juga sebagian akan terpakai untuk mencover kondisi seperti ini. Pemberian air gula secukupnya untuk menambah intake energi terutama pada saat konsumsi pakan turun sangat diperlukan.

2. Energi untuk Produksi

  • a. Pertumbuhan jaringan tubuh

Pakan dibuat sedemikian rupa sehingga komposisi asam amino nya dapat memenuhi kebutuhan ayam. Namun demikian protein yang masuk kedalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asam-asam amino, sebelum diserap oleh tubuh. Setelah itu asam-asam amino akan digunakan untuk pembentukan jaringan tubuh (daging, bulu dan jaringan tubuh lainya) dan hal ini banyak membutuhkan energi.

  • b. Penambahan lemak dan penyimpanan karbohidrat

Metabolisme lemak lebih sederhana di bandngkan nutrient lainya, kelebihan lemak akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak juga. Begitu juga dengan karbohidrat, jika nutrient ini berlebih akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh unggas.

  • c. Telur dan semen

Karena dipanen pada usia yang relatif muda, ayam broiler belum sampai pada masa reproduksi yang tentunya membutuhkan energi untuk pembentukan semen dan telur.

Bagaimanapun juga perhitungan energi untuk ayam broiler bisa jadi tidak sama presis dengan kebutuhan ayam, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya termasuk kondisi lingkungan dan kesehatan ayam itu sendiri. Namun demikian para nutritionist pastilah berusaha untuk lebih tepat atau memberikan energi yang lebih tinggi dari kebutuhan pada saat lingkungan normal. (Penulis : skm/sukarman)(sumber:www.cjfeed.co.id)

Readmore »»

Senin, 30 Maret 2009

Meningkatkan Value Telur Ayam Melalui Pakan

Telur merupakan protein hewani yang padat akan gizi, dalam ilmu pangan protein telur dianggap sebagai standar karena nilai kecernaannya (biological value) paling tinggi di bandingkan sumber protein lainnya. Di sisi lain dalam ilmu kesehatan , konsumsi manusia akan nutrient-nutrient penting seperti asam amino, asam lemak essensial, micro mineral, dan beberapa vitamin sangatlah kurang atau belum kecukupan. Padahal akhir-akhir ini nutrient tersebut telah di ketahui penting untuk menjaga kesehatan seperti pencegahan penyakit jantung, menambah kemampuan menyerap kalsium (mencegah osteoporosis dini), bahkan bagi anak-anak penting sekali untuk meningkatkan daya kecerdasan. Sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia peternakan, membantu hal tersebut diatas untuk meningkatkan level kesehatan masyarakat melalui modifikasi produk telur adalah sebuah harapan bersama dan sebuah kebanggaan tersendiri.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan peternak yang memungkinkan menambah nilai jual dari telur tentunya dengan tujuan membantu memenuhi beberapa kebutuhan konsumen adalah sebagai berikut :

  1. Berat Telur

Selain dari factor genetic dan umur, berat telur juga di buat lebih optimal dengan modifikasi nutrient tertentu dalam pakan. Dasar dari optimalisasi berat telur ini adalah komposisi telur itu sendiri. Jika peternak mendapatkan berat telur yang lebih dengan produksi HD sama maka kg telur yang dihasilkan juga bisa bertambah.

  1. Warna Kerabang Telur

Faktor paling berpengaruh dalam warna kerabang telur adalah genetic. Ayam kampung dan ayam arab menghasilkan kerabang telur putih sedangkan ayam lehorn yang banyak di budidayakan di Indonesia menghasilkan kerabang telur coklat. Di pasaran kerabang telur coklat lebih disukai oleh konsumen, tetapi sayangnya semakin tua umur ayam biasanya warna coklat kerabang telur juga semakin memudar. Beberapa peternak juga mengerti bahwa pakan dari satu pabrik dengan pabrik lain menghasilkan warna kerabang yang berbeda, dan adalah dasar teori yang benar yang berasal dari peternak. Artinya bahwa faktor nutrisi juga turut berperan dalam pigmentasi kerabang telur. Yang paling banyak berperan dalam proses ini adalah mineral mikro tertentu yang ada di beberapa ingredient atau di suplay melalui premix.

  1. Warna Kuning Telur

Pigmentasi pada kuning telur sudah sangat di kenal oleh peternak, secara alamiah warna kuning telur akan semakin memudar dengan berkurangnya cadangan xantophil dalam jaringan, dan biasanya ayam–ayam dengan produksi hen day lebih tinggi warna kuning telur lebih pucat di bandingkan yang hen day nya lebih rendah. Namun demikian, memodifikasi warna kuning telur melalui pakan relatif lebih mudah di bandingkan dengan membuat kerabang lebih coklat. Penambahan xantophil sintesis yang ada di pasaran dapat dilakukan oleh peternak, walaupun biayanya cukup tinggi.

  1. Kandungan Vitamin dan Nutrient Tertentu.

Trend untuk menambahkan vitamin dan mineral tertentu seperti vitamin A, E dan Se sekarang sudah cukup banyak. Secara kebetulan ayam juga mempu mengakumulasi beberapa vitamin dan mineral dalam telur, sehingga hal tersebut memang logis dan bisa dilakukan. Bahkan menurunkan kadar kolesterolpun masih mungkin di lakukan walaupun secara teoritical dan prakteknya lebih sulit .

  1. Telur Omega 3

Telur beromega 3, adalah modifikasi telur yang cukup baik dilihat dari sisi fungsinya bagi orang lain (masyarakat). Ada modifikasi asam lemak lainnya seperti omega 6 dan 9 namun dari sisi kesehatan dan manfaatnya omega 3 lebih lebih penting. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengasilkan telur dengan kandungan omega 3 lebih. Penambahan tepung ikan dan minyak ikan bisa menambah nilai omega 3 dalam telur, namun kadarnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan telur omega 3 yang ada di pasaran.Terlebih juga ikan yang di buat tidak bisa di pastikan berasal dari ikan lemuru. Penambahan minyak ikan lemuru dengan kadar omega 3 berkisar 35%, memang secara matetatis memang bisa di lakukan, tetapi pemberian ke ternak atau pencampurannya sangatlah sulit karena memang bentuknya liquid. Oleh karenanya Penambahan bahan yang mengandung omega 3 dari biji-bijiandan dan atau dengan mengkombinasikan dengan fish oil adalah solusi bagi peternak yang ingin menciptakan telur dengan kadar omega 3 lebih. Produk yang beredar di Indonesia vegetarian, artinya omega 3 berasal dari biji-bijian (bukan ikan) dan biasanya dalam produk telur omega 3 di tambahkan juga nutrient lain seperti vit A, Vit E, Xantophill atau mineral tertentu seperti selenium

  1. Telur “Free Range “ Ayam Umbaran

Di Eropa dan Australia sudah banyak beredar telur ayam yang di pelihara tanpa menggunakan kandang, dan tanpa tambahan bahan kimia tertentu serta antibiotic. Ada juga yang memberikan makanan dari protein tanaman saja, atau vegetarian eggs. Di Indonesia telur semacam ini sudah terjual juga di beberapa supermarket besar dengan harga yang relative lebih mahal.

Harapan kedepan dengan adanya memodifikasi telur adalah 1). Meningkatkan konsumsi protein asal ternak ,2)Meningkatkan kecerdasan dan daya konsentrasi generasi penerus, 3)Menjaga kesehatan masyarakat dari osteoporosis, jantung dan kekurangan Gizi. PR kita yang juga sebaiknya di share dengan ahli gizi manusia adalah membantu memasyarakatkan telur dan proses pengolahan telur agar tidak membosan kan bagi konsumen.

Readmore »»

Jumat, 27 Maret 2009

Jagung dan Permasalahannya

Penggunaan jagung bagi pakan ternak terutama unggas rata-rata berkisar 45-55% porsinya. Hal ini karena jagung mempunyai banyak keunggulan di bandingkan bahan baku lainnya. Dua diantara keunggulan jagung adalah kandungan energinya yang bisa mencapai 3350 kcal/kg (NRC 1994) dan xantophil yang cukup tinggi. Dari sisi asam amino jagung dipandang sebagai bahan yang cukup kaya akan methionine (rasio) sehingga kombinasi jagung dengan sumber lysine seperti Soybean Meal dirasa cukup baik dalam penyusunan ransum. Namun demikian, kandungan energi, xantophil dan asam amino jagung sebenarnya di pengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu contoh adalah kadar air, semakin tinggi kadar air jagung maka semakin rendah kandungan energi di dalamnya.

Gambar 1. Korelasi Kadar Air dengan Energi

Dari grafik disamping terlihat bahwa setiap kenaikan kadar air jagung 1% rata –rata akan diikuti dengan kandungan energi jagung sekitar 40 kcal/kg. Disamping itu umur ternak juga mempengaruhi daya cerna jagung itu sendiri, bagi ayam yang lebih tua energi pada jagung nilainya lebih tinggi di bandingkan ayam muda. Sebagian besar energi dalam jagung berasal dari pati dan hanya sedikit dari lemak.

Jagung juga dikenal sebagai sumber xantophill yang cukup baik. Xantofil adalah sejenis pigment pewarna kulit, kaki dan paruh, dan kuning telur. Kandungan xantofil jagung bisa mencapai 17-25 ppm, tergantung pada jenis jagung dan lokasi penanamanya. Bahan baku lain yang mengandung pigment xantofil tinggi antara lain DDGS, CGM tepung alfalfa, namun karena jagung penggunaanya banyak maka kebutuhan xantofil untuk ayam petelur sudah terpenuhi dari jagung saja. Kecuali peternak menginginkan produk telur yang spesial dengan warna kuning telur lebih, maka peternak bisa menambahkan xantofil sintesis yang beredar dipasaran seperti Carophyll Reed, Charophyll Yellow, Oroglo,Citranxantin ataupun brand lainnya.

Dari sisi protein, rata-rata jagung mengandung 8,5% protein atau kurang, secara keseluruhan komposisi asam amino jagung tidak ideal untuk unggas jika di pakai tanpa menggunakan kombinasi dengan bahan lain, namun demikian kandungan methionine nya mempunyai kontribusi yang cukup banyak dalam ransum ayam petelur. Methionine ini adalah asam amino pembetas pertama dari 22 jenis asam amino lainnya. Asam amino ini mutlak ada dalam pakan sesuai dengan kebutuhan ayam.

Kondisi jagung sangat tergantung pada musim, penanganan pasca panen, jamur dan mycotoxin didalamnya. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh peternak terutama pada saat penerimaan jagung. Tujuannya adalah agar pakan yang dihasilkan sesuai qualitasnya dengan apa yang telah diformulasikan peternak. Selain itu juga karena penggunaan jagung dalam pakan cukup tinggi.

Contoh kasus nya adalah sebagai berikut; standart SNI kadungan aflatoxin dalam pakan maksimal 50ppb; jika kita mnginginkan hal tersebut maka jagung yang kita terima sebaiknya kurang dari 80 ppb aflatoxinnya. Perhitungan mudahnya adalah, jika kita menggunakan 50% jagung dengan kandungan aflatoxin 80 ppb maka aflatoxin dalam pakan biasanya lebih dari 40 ppb, karena ada kemungkinan bahan lain juga yang mengandung aflatoxin. Berikut adalah beberapa standart penerimaan jagung yang bisa di gunakan.

Standar Penerimaan Jagung Lokal.


Tabel 1. Standart Penerimaan Jagung


Gambar 2. Jagung Rusak

Pengambilan Sample dan Penyimpanan Jagung

Pengambilan sample sangat penting, karena jika pengambilan sample dilakukan dengan tidak benar maka peternak bisa mengalami kerugian. Contoh : sample jagung diambil dari truk bagian belakang saja. Lalu di cek kandungan airnya, dan hasilnya 16 %. Setelah di turunkan jagungnya ternyata rata-rata kadar airnya 18%. Secara sederhanya peternak bisa dikatakan membeli air dengan harga jagung. Tetapi bukan sekedar itu. Mari kita hitung :

Kerugian Ekonomi :
Perbedaan Kadar Air Energi
Sample 16% 3158 kcal/kg
Aktual 18% 3080 kcal/kg
Selisih 2% -78 kcal/kg

Jika harga jagung dengan kadar air 16% adalah Rp. 2000,- maka harga energi jagung Rp. 0,63/kcal. Jadi kerugian per kg jagung adalah Rp. 49,-/kg Jagung. Jika dalam 1 truks ada 8 ton maka peternak mengalami kerugian sebesar Rp. 329.000,-atau jika penggunaan jagung sebanyak 47% dalam pakan, kerugian per kg pakan sebesar Rp. 23,-. Jika harga jagung Rp. 3000,-/kg maka kerugianya bisa mencapai 1,5 kali perhitungan tersebut diatas.

- Jagung yang basah menyebabkan proses grindingya lebih lama, sehingga biaya listrik untuk
penggilingan juga akan meningkat.
- Terlebih jika banyak kotoran /janggel jagung yang ikut tercampur kerugian bisa besar.

Kerugian Qualitas :

Jagung dengan kadar air tinggi tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama karena mudah berjamur. Jika akan disimpan harus mengeluarkan biaya untuk anti jamur atau pengeringan. Dan jika tetap digunakan walaupun berjamur bisa menyebabkan kerugian ekonomis yang lebih besar karena dapat menurunkan performa ayam.

Oleh karena itu peternak perlu menyiapkan 3 hal utama:1) karyawan yang jujur dan tegas, 2) alat sampling (termasuk alat test kadar air), 3). Prosedur yang benar.

Khusus untuk lokal pengambilan sample harus dilakukan 2 kali :

1). Pada saat masih di atas truks. Harus diambil dari semua bagian,permukaan belakang truks minimal 6 titik, permukaan atas 8 titik. Dari sampel tersebut dicampur secara homogen dan pilih dengan menggunakan metode quartering sampel. Sampel yang didapat ditest dan dibandingkan dengan standart. Jika sesuai maka jagung bisa diterima, tetapi belum tentu semua jagung bisa diterima, karena bagian bawah dan tengah belum diketahui apakah kualitasnya sama atau tidak.

2). Pengambilan sample yang kedua dilakukan sambil menurunkan jagung, yaitu di cek karung per karung. Karyawan disini harus benar-benar sudah paham perbedaan bunyi jagung yang basah dengan yang kering pada saat diambil sampelnya, perbedaan ketika dipegang dan tentu ini perlu pengalaman yang cukup banyak.

Jika terdapat jagung yang tidak sesuai dengan standart sebaiknya tidak perlu di terima supaya tidak mengkontaminasi jagung yang bagus.

Penyimpanan bisa dilakukan jika kadar air jagung dibawah 14%, dan sebaiknya tidak lebih dari 1 bulan. Disarankan untuk menyemprot atau menambah anti jamur jika akan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Ini membutuhkan biaya tambahan, tetapi lebih sedikit dari pada resiko jika tidak ditambah dengan anti jamur. Penggunan palet mungkin agak sulit untuk di peternakan, tetapi penyimpanan dengan sistem curah dinilai lebih baik untuk sirkulasi dari pada ditumpuk menggunakan karung dengan tumpukan tinggi.

Berikut adalah contoh gambar dari alat-alat untuk pengambilan sampel.


Gambar 3. Alat untuk Sampling

Jamur dan Mycotoxin pada Jagung

Kontribusi jagung dalam pakan layer adalah berkisar 45-55%, sehingga sebisa mungkin kualitasnya dijaga dari berbagai kemungkinan yang bisa menurunkan performance ternak, diantaranya adalah jamur dan mycotoxin.

Jamur berbeda dengan mycotoxin, sehingga solusi untuk meminimasi jamur dan mycotoxin juga berbeda.Namun demikian adannya mycotoxin itu karena sebelumnya telah ada jamur dalam bahan tersebut. Dan Mycotoxin bukan sekedar aflatoxin saja, sehingga kalaupun aflatoxin rendah belum tentu tidak ada toxin lain yang membahayakan .

SekilasTentang Jamur/Fungi

Jamur yang di maksud disini adalah fungi, tumbuh subur pada jagung berkadar air tinggi dilingkungan dengan suhu dan kelembaban tinggi. Sehingga secara alami ini bisa di hindari dengan menerima jagung dengan kadar air rendah dan penyimpananya dilakukan pada gudang dengan sirkulasi udara yang lancar sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi.

Berikut adalah beberapa contoh gambar jagung yang di tumbuhi jamur :


Gambar 4. Jagung Berjamur


Paling tidak ada 3 efek negatif jamur pada jagung bagi peternak yaitu kandungan nutrisinya menurun, performa ternak menurun dan menghasilkan mycotoxin yang berbahaya bagi ternak. Jamur mempunyai efek yang cukup buruk terhadap kandungan nutrisi jagung. Berikut adalah salah satu efek jamur terhadap nilai nutrisinya:

Tabel. 2 Efek Jamur terhadap Kandungan ME jagung

Tidak hanya pada lemak dan energi, asam-asam amino dan vitamin dalam jagung juga ikut berkurang.

Lysin 20-45%
Histidine 45-49%
Arginine 50-54%
Aspartat Acid 13-28%
Glutamic Acid 13-33%
Cystine 3-74%
Phenilalanine 22%
Methionine 3-5%
Vitamin
Thiamin 43-45%
Niacin 25%
Vitamin E 7%

Efek negatif yang cukup besar ini menjadikan dasar bahwa tidak ada alasan untuk menggunakan jagung yang berjamur dalam pakan. Apalagi ditambah dengan efek dari toxin yang dihasilkan oleh jamur terhadap ternak.

Sekilas Tentang Mycotoxin

Mycotoxin adalah hasil metabolisme jamur yang tumbuh pada bahan baku, dalam hal ini jagung. Sering kali mycotoxin disalah artikan sebagai aflatoxin, padahal aflatoxin hanyalah salah satu toxin. Toxin-toxin yang lain juga mempunyai pengaruh spesifik terhadap penyerapan zat nutrisi tertentu. Sehingga dapat di simpulkan bahwa beberapa jenis toxing yang tergolong dalam mycotoxin saling bekerja sinergis dalam menurunkan performance ayam.

Telah di kenal 3 jenis jamur yang menghasilkan mycotoxin yaitu :

1. Aspergilus -Aflatoxin ;-Oxcratoxin
2. Penicillium -Ocratoxin
3. Fusarium -Deoxinivalenol (DON);-Zearalenone (ZON);

-T-2 Toxin
-Fumonisin
Mycotoxin tidak bisa terlehit seperti jamur, tetapi efek pada ternak justru lebih tinggi. Contohnya aflatoxin : infeksi yang kuat bisa dilihat dari perubahan warna hati, meningkatkan haemorrhagi, terjadinya imunosuppresson, ukuran tymus mengecil, dan respon terhadap vaksinasi juga berkurang.


Gambar. 5. Perbedaan Hati antara ayam sehat dan keracunan aflatoxin.

Aflatoxin

Dihasilkan oleh Aspergilus flavus dan A. Paraticus

diproduksi secara optimal pada suhu 25-32 C, kelembaban 85%

Optimum kadar air 18%, jagung dengan kadar air dibawah 15% resikonya kecil.

Gejala klinis keracunan aflatoxin sangat bervariasi dari komsi makan turun, FCR naik, produksi turun, sampai dengan kerusakan hati. Pada level 400 ppb ternak bisa mati.

Standart SNI, aflatoxin jagung dan pakan kurang dari 50 ppb, namun sebaiknya aflatoxin dalam pakan kurang dari 20 ppb.

Deoxynivalenol (DON)

Diproduksi oleh jenis jamur Fuarium, pada sushu optimal 25-30 C

Kadar air jagung dimana fusarium tumbuh adalah 19-25%

T-2 Toxin juga sama-sama di hasilkan oleh Fusarium

DON bisa mengakibatkan pertambahan bobot badan menurun, Feed intake menutun dan produksi telur juga menurun.

T-2 Toxin mengakibatkan perkembangan bulu tidak normal, produksi telur turu, kerabang telur tipis, pertambahan berat badan turun dan kematian.

Zearalenone

Di rpoduksi oleh Fusarium graminaerum, beberapa Fusarium lainnya juga memproduksi Zearalenone. Lingkungan yang optimal sama dengan DON.

Kadar air jagung dimana fusarium tumbuh adalah 22-25%

Efeknya lebih terlihat pada babi, bisa mneyebabkan kematian pada embrio.

Oxchratoxin A

Ochratoxin dihasilkan oleh Aspergilus dan Pinicillium

Optimal produksi pada jagung berkadar air > 22%

Pada unggas bisa menghambat pertumbuhan, produksi telur menurun, dan qualitas kerabang telur berkurang.

Fumonisins

dihasilkan oleh Fusarium verticilioides dan beberapa jenis fusarium lainya dalam jagung.

Ada 3 jenis Fumonisins yaitu B1, B2, B3; yang biasa ada dalam pakan adalah Fumonisins B1 (FB1)


Tindakan Pencegahan dan Optimalisasi

Dari uraian diatas sebenarnya penulis ingin menyampaikan bahwa bagaimanapun juga jagung tidak lepas dari jamur dan mycotoxin. Data tentang kandungan mycotoxin jagung di Indonesia sebenarnya sudah banyak, tetapi karena bukan milik pribadi sehingga belum bisa di tampilkan di Blogs ini. Jamur dan mycotoxin adalah 2 hal yang berbeda, karena itu pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan juga berbeda. Simplenya untuk pencegahan jamur terimalah jagung dengan kadar air rendah, dan berilah anti jamur (seperti asam propionat) untuk pencegahan tumbuhnya jamur. Pemberian additive tertentu akan meminimasi air bebas sehingga jamur tidak tumbuh dalam waktu tertentu. Sedangkan untuk mengatasi mycotoxin perlu adanya toxin binder, sayangnya toxin binder dilapangan juga sangat banyak dan data efikasi terhadap tiap-tiap mycotoxin juga kurang lengkap.

Readmore »»