Rabu, 03 Juni 2009

10 Ide yang akan merubah nutrisi dan kesehatan unggas.

Computerised Knowledge , untuk mengoptimalkan program nutrisi unggasSebagai contoh adalah untuk membuat simulasi modeling, yang mana bisa menentukan impact dari perubahan terhadap performance, resiko dan analysis holistic.

Replacement of Ingredient, di USA bahan baku alternative untuk ternak tidaklah banyak.tetapi adanya bahan baku baru lebih penting

dari pada perkembangan industry biofuels. Banayk sekali proyek-proyek penelitian tentang DDGS (by Produk industry biofuels),

Enhanched Nutritional feed by Enzyme, banyak sekali studi tentang enzyme. Dan kita akan lebih banyak tau bagaimana pemekaiannya dalam berbagai situasi dan cara mengkombinasinya. Enzyme mempunyai banyak potensi untuk mengurangi efek anti nutritional factor meningkatkan ketersediaan (availability) untuk meningkatkan digestability dan penyerapan., meningktakan nilai energy pada bahan baku dan menjadikan formulasi lebih mudah (feasible). Tentu saja ini akan mengurangi biaya formula dan kestabilan microflora dalam saluran pencernaan.

Nutritional effect on Gut Ecology, Akan banyak sekali penelitian tentang hal ini. Focusnya adalah untuk strategi nutrisi yang dapat mengatur microflora dalam saluran pencernaan dan meningkatkan kesehatan saluran pencernaan.

Nutritional Modulation of Gut Health, Masih ada satu pertanyaan tentang hal ini. Yaitu bagaimana mendefinisikan dan menentukan status kesehatan dsaluran pencernaan.

Pronutrient Sinergy

Feed Science and Nutrient stabilization,perbaikan kualitas pellet akan meningkatkan efisiensi .

Neonatal and Perinatal Nutrition

Nutrigenomics,

Epigenetic Programming.

(Feed International June 2009)

Readmore »»

Rabu, 01 April 2009

Dedak Padi dan Cara Menilainya

Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan phloroglucinol . Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia pada lemak yang ada didalam dedak tersebut. Artinya jumlah energi dari lemaksnya juga semakin sedikit. Pada musim penghujan perlu diwaspadai juga dedak padi dengan kadar air tinggi, biasanya dedak semacam ini cepat rusak (menggumpal) dan akan memicu terjadinya oksidasi pada lemaknya.

Berikut ini adalah skema pemrosesan dedak padi :


Dari hal tersebut diatas maka peternak sebaiknya mempertimbangkan penerimaan dedak padi berdasarkan kualitasnya. Berikut ini adalah cara memilih dedak padi yang baik untuk ayam petelur.

1. Analisa Fisik

Warna harus cokllat cerah dan tidak menggumpal, biasanya rice bran yang menggumpal mempunyai kadar air tinggi. Baunya juga tidak “tengik” (rancid), bau tengik biasanya disebabkan karena proses oksidasi, karena dedak banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang mudah tengik. Ini juga menjadi indikasi bahw a dedak yang disimpan sudah cukup lama.

2. Proximat Analysis

Uji ini adalah uji dasar untuk semuabahan baku yang akan dibuat pakan termasuk rice bran. Teknik analysa proximat tidak dicantumkan dalam tulisan ini, karena membutuhkan banyak peralatan dan cukup mahal biayanya. Namun demikian ada beberapa nutrient yang harus tetap di uji untuk bisa menentukan nilai Energi metabolis dan Asam Amino dalam rice bran n diantaranya adalah kadar air, protein, serat kasar, dan ash (abu). Standart hasil analisa proximat rice bran yang umumnya dipakai adalah sebagai berikut :

Standart Hasil Analisa Proximat :


SNI 01-3178-1996-REV.1992 Dedak Padi Kualitas I

3. Kandungan Sekam/hull

Kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15%. Untuk menhindari penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji karena pada prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.

Langkah – Langkah pengecekan Hull (sekam) :

    1. Grinding Sekam dan Kulit Gabah (hull)
    2. Dedak padi Grade A disaring dengan Sieve 0.6 mm
    3. Siapkan standart Dedak padi + 5%; 10%, 15%, 20%, 25% sekam
    4. Timbang masing-masing 1 gram dedak padi standart pada petri disk
    5. Timbang sample 1 gram dan letakan pada petri disk
    6. Pipet 4 ml phloroglucinol ke masing-masing petri diks
    7. Aduk sampai homogen
    8. Diamkan 10-15 menit
    9. Lihat perubahan warna dan bandingkan dengan standart

4. Kontaminasi Bahan Organik

Ini perlu dihindari, karena kontaminasi dengan bahan lain apapun bisa merubah komposisi nutrient, yang mana tidak semua nutrient (asam amino) selalu dianalisa sebelum digunakan. Teknik yang sering dilakukan untuk mendeteksi adanya kontaminan bahan anorganik seperti Zeolit yaitu dengan mereaksikan dengan CCl4 . Prinsipnya bahwa bahan organik akan mengapung jika ditambahkan zat tersebut sedangkan bahan anorganik tetap akan tenggelam

5. Kontaminasi dengan Kapur

Kontaminasi kapur pada dedak padi sering ditemukan dilapangan, karena memang harga kapur jauh lebih rendah dibandingkan dengan dedak, dan warnanyapun tidak banyak merubah warna dasar dedak. Kontaminasi dengan kapur secara fisik akan sulit diketahui, namun karena kapur dan dedak padi mempunyai perbedaan density yang cukup banyak sehingga merubah density dedak yang terkontaminasi. Density dedak rata-rata 350 gram/lt, sedangkan density dedak yang terkontaminasi kapur bisa mencapai 450 gram/lt.

Selain dari segi perbdaan density, kontaminasi dengan kapur juga bisa di uji secara kimiawi. Adanya reaksi HCL dengan kapur bisa digunakan untuk menguji adanya kontaminasi tersebut.

Peternak juga perlu memperhitungkan energi yang terkandung didalam dedak padi dengan cermat. Berikut adalah Simulasi hubungan energi pada dedak padi dengan nilai nutrisinya. Perubahan nilai protein biasanya tidak signifikan pengaruhnya terhadap kandungan energi, sedangkan peningkatan kandungan serat kasar dan abu akan menurunkan nilai energi cukup banyak.Berikut ini adlah contoh simulasi kandungan energi karen perubahan kadar serat kasar dan abu (Ash) :

Semoga bermanfaat.

Readmore »»

Pigmentasi pada Broiler dan Faktor yang Mempengaruhinya

Selama bekerja di feedmill penulis sering mendengar keluhan dari peternak tentang warna pakan, dan itu hampir terjadi di seluruh wilayah baik jawa timur, medan maupun jawa barat. Ketika warna pakan sedikit gelap atau hitam peternak berasumsi bahwa pakan banyak mengandung dedak padi, copra atau bahan lain yang warnanya gelap.Tetapi sebenarnya ada yang lebih penting dari sekedar warna pakan, yaitu warna kaki, paruh, kulit dan kuning telur. Peternak seharusnya tahu bahwa membuat warna pakan menjadi kuning

itu suatu hal yang mudah; dengan menambahkan sedikit pewarna makanan saja, pakan bisa berwarna kuning. Sedangkan warna kaki dan paruh tidak bisa berubah dengan penambahan pewarna karena warna kaki, paruh dan kulit tidak semata di pengaruhi oleh warna pakan.

Warna kuning pada kaki, paruh dan kulit ayam broiler adalah hasil dari pigmentasi. Pigment tersebut berasal dari pakan yang sering kita sebut dengan nama xanthophyll. Namun demikian tidak lantas ketika kandungan xanthophyll pada pakan tinggi bisa dipastikan warna kaki akan kuning. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan pigment tersebut dalam tubuh ayam broiler. Hal ini meski diketahui oleh semua pihak, baik pabrik pakan maupun peternak. Karena kerjasama yang baik antara produsen pakan dengan peternak tentunya akan menghasilkan pigmentasi yang optimal. Apalagi ketika kondisi sumber xanthophyll seperti jagung dan CGM harganya mahal.

Paling tidak ada 4 faktor yang sangat berpengaruh besar tehadap pigmentasi pada ayam broiler. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1.Bahan Baku Pakan

Bahan baku sumber pigment pada pakan cukup banyak diantaranya adalah Jagung kuning, CGM, tepung daun alfalfa, marigold, DDGS dan ganggang. Bahan baku sumber xanthophyll yang biasa di gunakan di Indonesia adalah jagung dan CGM. Semakin banyak bahan tersebut digunakan dalam pakan semakin tinggi juga kandungan pigment kuning dalam pakan. Sebenarnya pigment dalam bahan baku juga terbagi menjadi Caroten dan xanthophyll (Lutein, Canthaxanthin, Zeaxanthin, Capsaxantin). Namun xanthophylls lebih dominan mempengaruhi pigmentasi pada ayam. Pada kenyataannya 1 jenis bahan baku bisa mempunyai kandungan pigment xanthophylls yang berbeda tergantung kondisi daerah asal penanamannya.

2.Formulasi Pakan

Sudah menjadi tanggung jawab seorang nutritionist untuk menghitung kebutuhan ayam secara tepat dari bahan baku yang ada, termasuk juga kandungan xanthophyll. Jika xnthophyll dari bahan baku tidak mencukupi, subtitusi dengan Carophyll Reed, Charophyll Yellow, Oroglo atau Citranxantin bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kekurangan kandungan xanthophyll dalam pakan. Penambahan xanthophylls sintetik mungkin akan lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan xanthophylls alami. Ini juga tergantung pada permintaan dan kondisi pasar. Di Jawa timur diissuekan bahwa harga broiler dengan warna kaki kuning lebih mahal di bandingkan yang kakinya berwarna pucat. Ini adalah tantangan dan peluang bagi feedmill untuk merebut pasar.

3.Menejemen dan Kondisi Ayam

Sejak menejemen diketahui mempunyai peranan yang sangat penting pada performan hal tersebut sangat di perhatikan. Untuk masalah pigmentasi, pencahayaan dipercaya cukup berpengaruh; kandang yang gelap akan meningkatkan pigmentasi. Perbedaan strain dan umur juga bisa membuat warna kuning pada kaki dan paruh berbeda. Ayam yang lebih tua lebih banyak endapan pigmentnya dalam kaki, paruh dan kulit Hal tersebut karena butuh waktu untuk mendeposisi pigment dalam tubuh. Paling tidak diperlukan waktu 21 hari untuk mendapatkan warna yang diinginkan pada broiler. Pemberian xanthophyll yang berlebihan juga tidak selalu akan menambah warna kuning, karena proses pigmentasi juga di pengaruhi oleh deposit pigment dalam tubuh terutama pada ayam petelur.

Beberapa penyakit juga diketahui berpengaruh terhadap proses pigmentasi pada broiler diantaranya yaitu koksidiosis, enteristis, infeksi Eimeria sp, infeksi saluran pencernaan dan infeksi parasit. Oleh karenanya peternak meski menjaga supaya ayam tetap sehat agar pigmentasi bisa optimal. Diantara efek dari penyakit tersebut adalah penurunan konsumsi pakan, termasuk juga pada saat kondisi lingkungan sangat panas pigmentasi pada kuning telur berkurang 33% akibat pengurangan konsumsi pakan.

4.Kondisi Pakan

Pakan merupakan campuran dari berbagai jenis bahan baku, telah dibahas di atas setiap bahan baku mempunyai kandungan pigment xanthophylll yang berbeda. Sumber xanthophyll terbesar dalam pakan berasal dari jagung dan CGM, oleh karena itu qualitas bahan tersebut harus stabil untuk mempertahankan stabilitas kadar xanthophylls dalam pakan. Bahan baku sumber pigment (xanthophyll) yang berbeda juga mempunyai kemampuan yang berbeda pula dalam hal pigmentasi. Zeaxanthin pada jagung lebih dominan dalam mempengaruhi warna kulit dibandingkan dengan lutein dari tepung alfalfa Oleh karenanya penting sekali untuk memilih sumber xanthophyll yang bagus apabila akan menggunakannya sebagai subtitusi pigment jagung dan CGM.

Pigment xanthopyll juga akan rusak dengan berjalannya waktu, kerusakan pigment tersebut disebabkan karena penyimpanan yang terlalu lama dan proses oksidasi. Oleh karenanya penting sekali memasukkan antioksidan berkualitas tinggi seperti Ethosiquin kedalam pakan untuk menjaga kestabilan ativitas pigment. Komposisi pakan seperti antioksidan, Vitamin A minyak tertentu dan Vitamin E juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas pigmentasi. Kandungan vitamin A dan Mineral yang terlalu tinggi juga berpotensi mengurangi pigmentasi.

Kerusakan pakan lainnya seperti jamur juga harus di cegah agar pigmentasi lebih optimal. Jamur tertentu seperti Aspergilus flavus menghasilkan aflatoxin yang bisa dipastikan akan menggangu aktivitas pigmentasi.

Berapa kadar xanthophyll yang di perlukan dan bagaimana mengukurnya?

Xanthophyll bukan nutrient yang murah, oleh karena itu perlu sekali untuk memberikan level yang tepat pada pakan. Selain bermanfaat pada pigmentasi carotenoid juga bisa memperbaiki immune dan fertility. Sehingga walaupun mahal tetap harus diperhitungkan dalam pakan. Level xanthophyll pada pakan broiler 16 mg/kg sudah cukup untuk memberikan warna normal pada kaki dan paruh. Pada ayam petelur level xanthophylls > 15 mg/kg pakan akan memberikan warna kuning telur di kisaran 5-7 skala RCF. Perlu diketahui juga bahwa pengukuran pigmentasi bisa dilakukan dengan beberapa metode diataranya adalah :

1. Keragaman Warna kulit

Warna ujung sayap sebagai patokan warna yang paling pucat diikuti warna kaki, punggung dan bagian dada

2. Mata Warna IDL

Merupakan photometer yang digunakan untuk menetukan warna kulit

3. Standart NEPA (National Egg and Poultry Assosiation)

Menggunakan Kalium Bikhromat dengan konsentrasi bertingkat, skornya berkisar 0-5 dengan definisi sebagi berikut : 0 (sangat pucat), 1 (kuning terang), 2 (kuning gelap), 3 (oranye normal), 4 (oranye gelap), 5 oranye sangat gelap. Ayam broiler membutuhkan Xanthophyll sebanyak 11 mg/kg pakan agar menghasilkan skor NEPA 1; 66 mg/kg pakan Xanthophyll untuk nilai NEPA 5.

4. Kipas Warna Roche (RCF)

Mencocokan warna kulit dengan warna yang ada pada kipas, cara ini adalah cara yang paling mudah digunakan. (Telah di Terbitkan di Poultry Indonesia Juni 2008).

Readmore »»

Keli Meal Alternatif Sumber Protein

Istilah ‘Keli Meal’ masih sedikit asing di bidang peternakan, wajar saja karena produk ini baru dikembangkan ada di Malaysia. Di Indonesia ikan keli dikenal sebagai ikan lele (ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah)). Jadi pengertian dari keli meal simplennya adalah ikan lele yang di ambil minyaknya.Penulis mengangkat tema ini karena melihat keprihatinan kondisi pertanian Indonesia. Sementara limbah peternakan (kotoran ayam) di pakai untuk pupuk pertanian, namun tidak ada fedback dari pertanian yang memadia, intinya sektor pertanian tak mampu mensuport peternakan. Jika dibiarkan, industri peternakan semakin susah saja kondisinya. Oleh karena itu peternak semestinya membantu mencari alternatif terutama mengenai bahan baku pakan.

Memproduksi keli meal adalah salah satu sistem integrasi yang bisa di kembangkan untuk memperoleh bahan pakan berkualitas dari limbah peternakan itu sendiri. Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa keli meal perlu di kembangkan di Indonesia :

  1. Sistem Integrasinya mirip dengan sistem longyam (Balong Ayam)

Di Jawa barat di kenal sitem longyam, yaitu pemeliharaan ikan di bawah peternakan ayam. Sistem yang efektif dan efisien untuk produksi kelimeal sangat mirip dengan logyam, hanya saja ada sedikit sentuhan teknology dimana kadar pH, oksigen, amonia air bisa di deteksi dan dikontrol dengan komputer sehingga kondisi kesehatan ikan dan SR (Survival Rate) nya.tinggi.Untuk selanjutnya pengolahan ikan menjadi keli meal menggunakan teknology untuk pembuatan fish meal (fish meal plan). Di Indonesia sudah banyak produsen fish meal, sehingga system ini mudah untuk diadopsi.


Dengan sistem yang sudah dikenal, sistem integrasi ini mudah di kembangkan. Pengembangan ikan lele (keli) di sistem ini berbeda dengan budidaya lele di kolam dalam hal kepadatan dan pakan dan size ikan ketika di panen.

  1. Memberikan Fedback pada Industri Pakan

Beberapa tahun terakhir bahan pakan terus meningkat harganya, tidak hanya sumber energy seperti jagung dan CPO ;sumber protein seperti SBM, CGM, MBM juga ikut naik. Keli Meal mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, dengan biaya pakan yang rendah harganya juga akan bersaing dengan tepung ikan dan SBM. Berikut ini adalah kandungan nutrisi keli meal* :


* diadopsi dari Technology Park Malaysia

Terlihat bahwa kandungan asam amino keli meal, harga akan cukup bersaing karena biaya pakan ikan lele sebagian dari kotoran sehingga produk ini akan di cari untuk bahan pakan unggas maupun ikan. Keli meal akan mempu mengurangi penggunaan soybean meal yang sekarang masih 100% import.

  1. Menambah Keuntungan Peternak

Dengan sentuhan teknology memproduksi keli meal akan menambah keuntungan peternak, karena peternak mendapat tambahan income dari penjualan keli meal dan keli Oil. Dimana keli oil cukup banyak mengandung omega-6 dan omega-3 sehingga harganya kompetitif. Kandungan omega 3 ikan lele :

Perlu Belajar dari Malaysia

Masih sedikit yang menjalankan usaha ini, untuk menjalankan usaha ini kita perlu belajar dari malaysia, selama 10 tahun Technology Park Malaysia telah melakukan penelitian tentang keli meal. berikut ini adalah flow cart dari Produksi Kelimeal di Malaysia :


Di Malaysia 2 hektar lahan untuk pengembangan keli farm akan menghasilkan 600 MT keli meal dan 195 MT keli oil. (Telah di Terbitkan di Majalah Poultry Indonesia, Edisi March 2008).

Readmore »»

Tak Ada Jagung DDGs pun Jadi

Produksi jagung didunia menurut USDA mencapai 27.054 juta bushel tetapi alokasi jagung untuk pakan ternak berkurang karena adanya peningkatan produksi ethanol di USA. Produksi ethanol di USA sekarang mencapai lebih 5000 juta galon yang menggunakan 18,3% jagung dari total produksi jagung di USA dan diprediksikan akan terus meningkat.


Tentunya ini sangat dirasakan efeknya bagi industri peternakan

yang tahun terakhir ini tidak pernah lagi mendapatkan jagung impor dengan harga kurang dari Rp.2000,-/kg. Oleh karena itulah para ahli pakan di dunia berbondong-bondong melakukan penelitian tentang penggunaan hasil ikutan produksi ethanol yaitu DDGS. Para ahli merekomendasikan penggunaan DDGS untuk pakan ternak sebagai berikut :

Feedmiller di Indonesia juga sudah banyak yang mencoba menggunkan DDGS sejak tahun 2004, namun hanya sedikit, bahkan mungkin tidak ada yang melakukan publikasi di media masa lokal. Tulisan ini berusaha menjawab kekurangan tersebut, mencoba menjabarkan apa itu DDGS dan bagaimana mempertimbangkanya dalam pakan unggas.

Apa itu DDGS ?

Merupakan hasil ikutan pembuatan ethanol dengan menggunakan proses fermentasi seperti gambar 1. Jika 100 kg jagung dibuat menjadi ethanol maka akan menghasilkan 36 liter ethanol, 32 kg DDGS dan 32 kg Carbon dioksida. Artinya kandungan nutrisi dari DDGS bisa diperkirakan 3 kali lipat nilai nutrisi pada jagung. Sebagaimana jagung DDGS juga mempunyai kekurangan dalam hal lysin, terutama lysin digestable.

Bagaimana mempertimbangkan Qualitas DDGS ?

Sebelum menggunakan DDGS dalam pakan ada beberapa hal yang harus di perhatikan :

Variasi Hasil Analisa Proximat

Menurut Nick Dale dan Amy Batal dari Universitas Georgia, kandungan protein DDGS sangat bervariasi antara 24-29%, begitu juga dengan kandungan serat kasarnya; akan tetapi kandungan lemak relatif hampir sama. Oleh karena itu setiap kali menerima DDGS sebaiknya kandungan protein terendah yang digunakan dalam spesifikasi bahan baku untuk pakan ternak.

Berikut ini adalah hasil nilai nutrisi DDGS :


Asam Amino

Asam amino menjadi perhatian khusus oleh para ahli nutrisi sejak di ketemukanya merupakan dari penyusun protein. Kandungan asam amino DDGS sangat bagus, lebih tinggi dibandingkan jagung .Namun demikian ada 1 asam amino yaitu lysin yang rendah digestablenya karena proses pengeringan. Sampai saat ini di percaya bahwa ada perbedaan kandungan asam amino pada DDGS yang berbeda warna, umumnya DDGS dengan warna lebih terang kandungan asam aminonya lebih tinggi total maupun digestablenya.


Adanya korelasi perbedaan warna dengan kandungan nutrisi menunjukan adanya penurunan kandungan lysin disebabkan karena faktor prosesing/peneringan. Berikut ini adalah kandungan asam amino dari ketiga sample yang berbeda warnanya:


Metabolisme Energy

Tidak ditemukan perbedaan kandungan metabolisme energi antara DDGS berwarna terang dengan yang berwarna gelap. Ada korelasi antara kandungan serat kasar pada DDGS dengan Energi Metabolisme, tetapi kadungan energy 2800 kcal/kg bisa digunakan untuk formulasi. Berikut adalah publikasi dari Department Poultry Science, Universitas Georgia tentang kandungan True Metabilosme Energy:


Phospor Available

Phospor available bisa mencapai 65% dari total phospor, ini diduga karena adanya proses fermentasi dimana yeast mengahasilakn sedikit enzyme phytase yang mampu melepas phospor yang diikat oleh phytat.

Mycotoxin

Hanya nilai nutrient saja yang meningkat 3 kali lipat dari jagung, namun kandungan toxin/mycotoxin juga ada kemungkinan meningkat karena proses fermentasi tidak merusak mycotoxin. Walaupun demikian mungkin industri alkohol mempertimbangkan qualitas jagung, mungkin saja qualitas jagung yang berjamur karena penyimpanan akan menghasilkan efisiensi yang berbeda dalam menghasilkan alkohol.

Partikel Size dan Density

Dalam prakteknya industri pakan di indonesia sangat memperhatikan partikel size dari pakan. Qualitas dari pellet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya specs mesin pellet (Die),Condisioner, fat, jenis bahan baku, dan partikel size dari bahan baku. Oleh karenanya penting mempertimbangkan partikel size DDGS terutama yang akan digunakan untuk pakan broiler pre-starter. Pertimbangan density pakan penting juga karena kapasitas tembolok ayam juga terbatas. Jika density pakan terlalu rendah kapasitas tembolok sudah terpenuhi tetapi kebutuhan nutrient belum tercukupi. (Telah di terbitkan di Majalah Trobos, Edisi Dec 2007).


Readmore »»

Gantikan Jagung dengan Singkong

Isu kenaikan harga BBM dunia yang diprediksikan akan menembus angka 100 US Dolar per barel membuat para ahli mencari sumber daya alam yang bisa di jadikan biofuel. Di Amerika sebagian jagung sudah di gunakan untuk produksi ethanol sehingga harga jagung meningkat, sektor peternakan ikut terimbas akan hal ini. Lain halnya di Indonesia, 6,5 kg singkong berpotensi menghasilkan 1 liter alcohol (www.bigcassava.com), lebih rendah dibandingkan dengan jagung yang hanya membutuhkan 2,77 kg jagung untuk menghasilkan 1 liter ethanol. Namun karena harga singkong jauh lebih rendah dari pada jagung, ini akan menjadi peluang tersendiri bagi pemain bisnis di Indonesia.

Benahi bibit untuk tingkatkan Value Bagi Petani

Produksi jagung saat ini bisa mencapai 7-8 ton per ha, dengan masa panen sekitar 3 bulan. Itu artinya jika harga jagung dari level petani Rp. 2.000,- maka pendapatan kotor petani jagung per 3 bulan bisa mencapai Rp. 14 juta – Rp. 16 juta. Sedangkan singkong produksinya saat ini di level petani 10-20 ton per ha (http//www2.kompas.com/ver1/Negeriku/0711/08/152226.htm, kamis, 8 Nov 207). Padahal potensi ini masih bisa di kembangkan. Saat ini sudah ada bibit jenis singkong yang produktivitasnya bisa mencapai 90-100 ton/ha. Jika setiap batang menghasilkan 10-11 kg ubi maka produktivitas singkong bisa mencapai 100 ton per ha ( www.trubus–online.com, rabu 31 oktober 2007). Umur panen singkong lebih lama dibandingkan dengan umur panen jagung , rata-rata umur panen singkong adalah 6-8 bulan. Kisaran harga singkong di level petani Rp. 300,-/kg, sehingga petani mampu merauk pendapatan kotor Rp 30 juta /ha. Selain itu kelebihan singkong dibanding jagung dalam hal budidaya adalah singkong mampu hidup dilahan kritis dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Peluang Penggunaan Singkong dan Daunnya dalam Pakan Ternak

Bagi sector peternakan ketersediaan singkong menjadi faktor pembatas utama sehingga tidak banyak pabrik yang menggunakannya, selain itu kandungan proteinnya juga jauh lebih rendah dibandingkan jagung walaupun energinya relative mendekati. Berikut ini adalah kandungan nutrisi

jagung, singkong (gaplek) dan daunnya :

Tabel 1. Kandungan nutrisi jagung, gaplek dan tepung daun singkong


* dikutip dari Buku Nutrisi Ayam Broiler karya Dr. Ibnu Katsir A (2002)

Kandungan tepung daun singkong sengaja di tampilkan oleh penulis untuk mensiasati, perbedaan kandungan nutrisi terutama protein dan asam aminonya. Kombinasi 75% gaplek ditambahkan 25% tepung daun singkong mengasilkan bahan baku pakan yang mampu bersaing dengan jagung. Berikut adalah perbadingan antara kombinasi tersebut dengan jagung:


Jika Gaplek berdiri sendiri maka kandungan proteinnya hanya 2%, dengan kadar energi lebih rendah juga dibanding jagung sehingga dalam formulasi pakan ternak program akan menuntut gaplek dinilai dengan harga yang rendah. Tetapi kombinasi gaplek dengan tepung daun singkong maka nilai jual bahan tersebut akan meningkat sebagai berikut :

Jagung

Harga Jagung : Rp. 2400, /kg

ME Poultry : 3329 kcal/kg

Protein : 8,5 %

75 Gaplek +25 Tp daun Singkong

ME Poultry : 2635 kcal/kg

Protein : 8,5 %

Harga : ??????

Harga ME jagung =( Rp. 2400,-/kg) : 3329 kcal./kg = Rp. 0,72,- /kcal

Jika harga energi per kcal sama untuk setiap bahan yang dibandingkan, maka harga yang layak bagi campuran Gaplek 75% +Tepung daun singkong 25% adalah :

Rp. 0,72 /kcal x 2635 kcal/kg = Rp. 1899,67/kg ( Rp. 1900,-)

Dengan demikian harga per protein jagung adalah 2400/8,5% = Rp. 282,- harga protein bahan campuran 75%gaplek dan 25%tepung daun singkong sebesar Rp. 224,- lebih murah Rp. 58,- per persen protein. Penambahan daun singkong juga menutupi kekurangan gaplek mengenai kandungan caratenoid yang berpengaruh terhadap pewarnaan pada kulit dan shank.

Seberapa Banyak campuran ini bisa di Pakai pada pakan Unggas ???

Untuk menjawab pertanyaan ini harus dilihat dari hasil research para ahli pakan ternak, karena singkong dan daunnya mempunyai kelemahan pada kandungan HCN; dan juga penggunaan daun singkong serta gaplek pada dasarnya sudah di teliti sejak lama. Berikut adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang menyangkut gaplek:

Mariogarcia (1999) menyatakan bahwa level penggunaan gaplek di Eropa maksimal 25% (10-15% untuk pakan starter)

Berbeda dengan daun singkong, hanya ada seddikit penelitian tentang hal ini. Tahun 1979 D. Wyllie dan P.D Chamanga merekomendasikan penggunaan tepung daun singkong dan tangkainya sebanyak 15% untuk pakan broiler; Vanthana Sann dan Loan Chumm Phith (2004) merekomendasikan penggunaan daun singkong tidak lebih dari 20% untuk monogastrik (broiler dan babi); penelitian juga dilakukan oleh Julian Buitrago et. al dari Columbia yang merekomendasikan penggunaan daun singkong pada unggas sebesar 6-8% saja. Perbandingan berikut adalah rekomendasi penggunaan gaplek dan daun singkong untuk pakan oleh 2 peneliti yang berbeda Negara asalnya:

Berdasarkan literature yang ada maka campuran gaplek 75% +daun singkong 25% masih memungkinkan digunakan sebanyak 25% dalam pakan unggas. Namun demikian masih harus dilakukan penelitian yang lebih mendalam terutama di Indonesia, dan dikaji tidak hanya ketersediannya tetapi juga bagaimana menyediakannya. (Telah di terbitkan di Majalah PoultryIndonesia Edisi Feb 2008).



Readmore »»