Rabu, 01 April 2009

Pigmentasi pada Broiler dan Faktor yang Mempengaruhinya

Selama bekerja di feedmill penulis sering mendengar keluhan dari peternak tentang warna pakan, dan itu hampir terjadi di seluruh wilayah baik jawa timur, medan maupun jawa barat. Ketika warna pakan sedikit gelap atau hitam peternak berasumsi bahwa pakan banyak mengandung dedak padi, copra atau bahan lain yang warnanya gelap.Tetapi sebenarnya ada yang lebih penting dari sekedar warna pakan, yaitu warna kaki, paruh, kulit dan kuning telur. Peternak seharusnya tahu bahwa membuat warna pakan menjadi kuning

itu suatu hal yang mudah; dengan menambahkan sedikit pewarna makanan saja, pakan bisa berwarna kuning. Sedangkan warna kaki dan paruh tidak bisa berubah dengan penambahan pewarna karena warna kaki, paruh dan kulit tidak semata di pengaruhi oleh warna pakan.

Warna kuning pada kaki, paruh dan kulit ayam broiler adalah hasil dari pigmentasi. Pigment tersebut berasal dari pakan yang sering kita sebut dengan nama xanthophyll. Namun demikian tidak lantas ketika kandungan xanthophyll pada pakan tinggi bisa dipastikan warna kaki akan kuning. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses penyerapan pigment tersebut dalam tubuh ayam broiler. Hal ini meski diketahui oleh semua pihak, baik pabrik pakan maupun peternak. Karena kerjasama yang baik antara produsen pakan dengan peternak tentunya akan menghasilkan pigmentasi yang optimal. Apalagi ketika kondisi sumber xanthophyll seperti jagung dan CGM harganya mahal.

Paling tidak ada 4 faktor yang sangat berpengaruh besar tehadap pigmentasi pada ayam broiler. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1.Bahan Baku Pakan

Bahan baku sumber pigment pada pakan cukup banyak diantaranya adalah Jagung kuning, CGM, tepung daun alfalfa, marigold, DDGS dan ganggang. Bahan baku sumber xanthophyll yang biasa di gunakan di Indonesia adalah jagung dan CGM. Semakin banyak bahan tersebut digunakan dalam pakan semakin tinggi juga kandungan pigment kuning dalam pakan. Sebenarnya pigment dalam bahan baku juga terbagi menjadi Caroten dan xanthophyll (Lutein, Canthaxanthin, Zeaxanthin, Capsaxantin). Namun xanthophylls lebih dominan mempengaruhi pigmentasi pada ayam. Pada kenyataannya 1 jenis bahan baku bisa mempunyai kandungan pigment xanthophylls yang berbeda tergantung kondisi daerah asal penanamannya.

2.Formulasi Pakan

Sudah menjadi tanggung jawab seorang nutritionist untuk menghitung kebutuhan ayam secara tepat dari bahan baku yang ada, termasuk juga kandungan xanthophyll. Jika xnthophyll dari bahan baku tidak mencukupi, subtitusi dengan Carophyll Reed, Charophyll Yellow, Oroglo atau Citranxantin bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kekurangan kandungan xanthophyll dalam pakan. Penambahan xanthophylls sintetik mungkin akan lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan xanthophylls alami. Ini juga tergantung pada permintaan dan kondisi pasar. Di Jawa timur diissuekan bahwa harga broiler dengan warna kaki kuning lebih mahal di bandingkan yang kakinya berwarna pucat. Ini adalah tantangan dan peluang bagi feedmill untuk merebut pasar.

3.Menejemen dan Kondisi Ayam

Sejak menejemen diketahui mempunyai peranan yang sangat penting pada performan hal tersebut sangat di perhatikan. Untuk masalah pigmentasi, pencahayaan dipercaya cukup berpengaruh; kandang yang gelap akan meningkatkan pigmentasi. Perbedaan strain dan umur juga bisa membuat warna kuning pada kaki dan paruh berbeda. Ayam yang lebih tua lebih banyak endapan pigmentnya dalam kaki, paruh dan kulit Hal tersebut karena butuh waktu untuk mendeposisi pigment dalam tubuh. Paling tidak diperlukan waktu 21 hari untuk mendapatkan warna yang diinginkan pada broiler. Pemberian xanthophyll yang berlebihan juga tidak selalu akan menambah warna kuning, karena proses pigmentasi juga di pengaruhi oleh deposit pigment dalam tubuh terutama pada ayam petelur.

Beberapa penyakit juga diketahui berpengaruh terhadap proses pigmentasi pada broiler diantaranya yaitu koksidiosis, enteristis, infeksi Eimeria sp, infeksi saluran pencernaan dan infeksi parasit. Oleh karenanya peternak meski menjaga supaya ayam tetap sehat agar pigmentasi bisa optimal. Diantara efek dari penyakit tersebut adalah penurunan konsumsi pakan, termasuk juga pada saat kondisi lingkungan sangat panas pigmentasi pada kuning telur berkurang 33% akibat pengurangan konsumsi pakan.

4.Kondisi Pakan

Pakan merupakan campuran dari berbagai jenis bahan baku, telah dibahas di atas setiap bahan baku mempunyai kandungan pigment xanthophylll yang berbeda. Sumber xanthophyll terbesar dalam pakan berasal dari jagung dan CGM, oleh karena itu qualitas bahan tersebut harus stabil untuk mempertahankan stabilitas kadar xanthophylls dalam pakan. Bahan baku sumber pigment (xanthophyll) yang berbeda juga mempunyai kemampuan yang berbeda pula dalam hal pigmentasi. Zeaxanthin pada jagung lebih dominan dalam mempengaruhi warna kulit dibandingkan dengan lutein dari tepung alfalfa Oleh karenanya penting sekali untuk memilih sumber xanthophyll yang bagus apabila akan menggunakannya sebagai subtitusi pigment jagung dan CGM.

Pigment xanthopyll juga akan rusak dengan berjalannya waktu, kerusakan pigment tersebut disebabkan karena penyimpanan yang terlalu lama dan proses oksidasi. Oleh karenanya penting sekali memasukkan antioksidan berkualitas tinggi seperti Ethosiquin kedalam pakan untuk menjaga kestabilan ativitas pigment. Komposisi pakan seperti antioksidan, Vitamin A minyak tertentu dan Vitamin E juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas pigmentasi. Kandungan vitamin A dan Mineral yang terlalu tinggi juga berpotensi mengurangi pigmentasi.

Kerusakan pakan lainnya seperti jamur juga harus di cegah agar pigmentasi lebih optimal. Jamur tertentu seperti Aspergilus flavus menghasilkan aflatoxin yang bisa dipastikan akan menggangu aktivitas pigmentasi.

Berapa kadar xanthophyll yang di perlukan dan bagaimana mengukurnya?

Xanthophyll bukan nutrient yang murah, oleh karena itu perlu sekali untuk memberikan level yang tepat pada pakan. Selain bermanfaat pada pigmentasi carotenoid juga bisa memperbaiki immune dan fertility. Sehingga walaupun mahal tetap harus diperhitungkan dalam pakan. Level xanthophyll pada pakan broiler 16 mg/kg sudah cukup untuk memberikan warna normal pada kaki dan paruh. Pada ayam petelur level xanthophylls > 15 mg/kg pakan akan memberikan warna kuning telur di kisaran 5-7 skala RCF. Perlu diketahui juga bahwa pengukuran pigmentasi bisa dilakukan dengan beberapa metode diataranya adalah :

1. Keragaman Warna kulit

Warna ujung sayap sebagai patokan warna yang paling pucat diikuti warna kaki, punggung dan bagian dada

2. Mata Warna IDL

Merupakan photometer yang digunakan untuk menetukan warna kulit

3. Standart NEPA (National Egg and Poultry Assosiation)

Menggunakan Kalium Bikhromat dengan konsentrasi bertingkat, skornya berkisar 0-5 dengan definisi sebagi berikut : 0 (sangat pucat), 1 (kuning terang), 2 (kuning gelap), 3 (oranye normal), 4 (oranye gelap), 5 oranye sangat gelap. Ayam broiler membutuhkan Xanthophyll sebanyak 11 mg/kg pakan agar menghasilkan skor NEPA 1; 66 mg/kg pakan Xanthophyll untuk nilai NEPA 5.

4. Kipas Warna Roche (RCF)

Mencocokan warna kulit dengan warna yang ada pada kipas, cara ini adalah cara yang paling mudah digunakan. (Telah di Terbitkan di Poultry Indonesia Juni 2008).

2 komentar:

  1. mas..tolg minta gambar cth kandang ayam broiler yang komplit ya,,pertinya sya tertarik tk mulai usha ini,,,trims

    BalasHapus
  2. apakah ada email yang bisa di hubungi Pak?

    BalasHapus