Rabu, 01 April 2009

Gantikan Jagung dengan Singkong

Isu kenaikan harga BBM dunia yang diprediksikan akan menembus angka 100 US Dolar per barel membuat para ahli mencari sumber daya alam yang bisa di jadikan biofuel. Di Amerika sebagian jagung sudah di gunakan untuk produksi ethanol sehingga harga jagung meningkat, sektor peternakan ikut terimbas akan hal ini. Lain halnya di Indonesia, 6,5 kg singkong berpotensi menghasilkan 1 liter alcohol (www.bigcassava.com), lebih rendah dibandingkan dengan jagung yang hanya membutuhkan 2,77 kg jagung untuk menghasilkan 1 liter ethanol. Namun karena harga singkong jauh lebih rendah dari pada jagung, ini akan menjadi peluang tersendiri bagi pemain bisnis di Indonesia.

Benahi bibit untuk tingkatkan Value Bagi Petani

Produksi jagung saat ini bisa mencapai 7-8 ton per ha, dengan masa panen sekitar 3 bulan. Itu artinya jika harga jagung dari level petani Rp. 2.000,- maka pendapatan kotor petani jagung per 3 bulan bisa mencapai Rp. 14 juta – Rp. 16 juta. Sedangkan singkong produksinya saat ini di level petani 10-20 ton per ha (http//www2.kompas.com/ver1/Negeriku/0711/08/152226.htm, kamis, 8 Nov 207). Padahal potensi ini masih bisa di kembangkan. Saat ini sudah ada bibit jenis singkong yang produktivitasnya bisa mencapai 90-100 ton/ha. Jika setiap batang menghasilkan 10-11 kg ubi maka produktivitas singkong bisa mencapai 100 ton per ha ( www.trubus–online.com, rabu 31 oktober 2007). Umur panen singkong lebih lama dibandingkan dengan umur panen jagung , rata-rata umur panen singkong adalah 6-8 bulan. Kisaran harga singkong di level petani Rp. 300,-/kg, sehingga petani mampu merauk pendapatan kotor Rp 30 juta /ha. Selain itu kelebihan singkong dibanding jagung dalam hal budidaya adalah singkong mampu hidup dilahan kritis dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Peluang Penggunaan Singkong dan Daunnya dalam Pakan Ternak

Bagi sector peternakan ketersediaan singkong menjadi faktor pembatas utama sehingga tidak banyak pabrik yang menggunakannya, selain itu kandungan proteinnya juga jauh lebih rendah dibandingkan jagung walaupun energinya relative mendekati. Berikut ini adalah kandungan nutrisi

jagung, singkong (gaplek) dan daunnya :

Tabel 1. Kandungan nutrisi jagung, gaplek dan tepung daun singkong


* dikutip dari Buku Nutrisi Ayam Broiler karya Dr. Ibnu Katsir A (2002)

Kandungan tepung daun singkong sengaja di tampilkan oleh penulis untuk mensiasati, perbedaan kandungan nutrisi terutama protein dan asam aminonya. Kombinasi 75% gaplek ditambahkan 25% tepung daun singkong mengasilkan bahan baku pakan yang mampu bersaing dengan jagung. Berikut adalah perbadingan antara kombinasi tersebut dengan jagung:


Jika Gaplek berdiri sendiri maka kandungan proteinnya hanya 2%, dengan kadar energi lebih rendah juga dibanding jagung sehingga dalam formulasi pakan ternak program akan menuntut gaplek dinilai dengan harga yang rendah. Tetapi kombinasi gaplek dengan tepung daun singkong maka nilai jual bahan tersebut akan meningkat sebagai berikut :

Jagung

Harga Jagung : Rp. 2400, /kg

ME Poultry : 3329 kcal/kg

Protein : 8,5 %

75 Gaplek +25 Tp daun Singkong

ME Poultry : 2635 kcal/kg

Protein : 8,5 %

Harga : ??????

Harga ME jagung =( Rp. 2400,-/kg) : 3329 kcal./kg = Rp. 0,72,- /kcal

Jika harga energi per kcal sama untuk setiap bahan yang dibandingkan, maka harga yang layak bagi campuran Gaplek 75% +Tepung daun singkong 25% adalah :

Rp. 0,72 /kcal x 2635 kcal/kg = Rp. 1899,67/kg ( Rp. 1900,-)

Dengan demikian harga per protein jagung adalah 2400/8,5% = Rp. 282,- harga protein bahan campuran 75%gaplek dan 25%tepung daun singkong sebesar Rp. 224,- lebih murah Rp. 58,- per persen protein. Penambahan daun singkong juga menutupi kekurangan gaplek mengenai kandungan caratenoid yang berpengaruh terhadap pewarnaan pada kulit dan shank.

Seberapa Banyak campuran ini bisa di Pakai pada pakan Unggas ???

Untuk menjawab pertanyaan ini harus dilihat dari hasil research para ahli pakan ternak, karena singkong dan daunnya mempunyai kelemahan pada kandungan HCN; dan juga penggunaan daun singkong serta gaplek pada dasarnya sudah di teliti sejak lama. Berikut adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang menyangkut gaplek:

Mariogarcia (1999) menyatakan bahwa level penggunaan gaplek di Eropa maksimal 25% (10-15% untuk pakan starter)

Berbeda dengan daun singkong, hanya ada seddikit penelitian tentang hal ini. Tahun 1979 D. Wyllie dan P.D Chamanga merekomendasikan penggunaan tepung daun singkong dan tangkainya sebanyak 15% untuk pakan broiler; Vanthana Sann dan Loan Chumm Phith (2004) merekomendasikan penggunaan daun singkong tidak lebih dari 20% untuk monogastrik (broiler dan babi); penelitian juga dilakukan oleh Julian Buitrago et. al dari Columbia yang merekomendasikan penggunaan daun singkong pada unggas sebesar 6-8% saja. Perbandingan berikut adalah rekomendasi penggunaan gaplek dan daun singkong untuk pakan oleh 2 peneliti yang berbeda Negara asalnya:

Berdasarkan literature yang ada maka campuran gaplek 75% +daun singkong 25% masih memungkinkan digunakan sebanyak 25% dalam pakan unggas. Namun demikian masih harus dilakukan penelitian yang lebih mendalam terutama di Indonesia, dan dikaji tidak hanya ketersediannya tetapi juga bagaimana menyediakannya. (Telah di terbitkan di Majalah PoultryIndonesia Edisi Feb 2008).



0 komentar:

Posting Komentar