Rabu, 01 April 2009

Tak Ada Jagung DDGs pun Jadi

Produksi jagung didunia menurut USDA mencapai 27.054 juta bushel tetapi alokasi jagung untuk pakan ternak berkurang karena adanya peningkatan produksi ethanol di USA. Produksi ethanol di USA sekarang mencapai lebih 5000 juta galon yang menggunakan 18,3% jagung dari total produksi jagung di USA dan diprediksikan akan terus meningkat.


Tentunya ini sangat dirasakan efeknya bagi industri peternakan

yang tahun terakhir ini tidak pernah lagi mendapatkan jagung impor dengan harga kurang dari Rp.2000,-/kg. Oleh karena itulah para ahli pakan di dunia berbondong-bondong melakukan penelitian tentang penggunaan hasil ikutan produksi ethanol yaitu DDGS. Para ahli merekomendasikan penggunaan DDGS untuk pakan ternak sebagai berikut :

Feedmiller di Indonesia juga sudah banyak yang mencoba menggunkan DDGS sejak tahun 2004, namun hanya sedikit, bahkan mungkin tidak ada yang melakukan publikasi di media masa lokal. Tulisan ini berusaha menjawab kekurangan tersebut, mencoba menjabarkan apa itu DDGS dan bagaimana mempertimbangkanya dalam pakan unggas.

Apa itu DDGS ?

Merupakan hasil ikutan pembuatan ethanol dengan menggunakan proses fermentasi seperti gambar 1. Jika 100 kg jagung dibuat menjadi ethanol maka akan menghasilkan 36 liter ethanol, 32 kg DDGS dan 32 kg Carbon dioksida. Artinya kandungan nutrisi dari DDGS bisa diperkirakan 3 kali lipat nilai nutrisi pada jagung. Sebagaimana jagung DDGS juga mempunyai kekurangan dalam hal lysin, terutama lysin digestable.

Bagaimana mempertimbangkan Qualitas DDGS ?

Sebelum menggunakan DDGS dalam pakan ada beberapa hal yang harus di perhatikan :

Variasi Hasil Analisa Proximat

Menurut Nick Dale dan Amy Batal dari Universitas Georgia, kandungan protein DDGS sangat bervariasi antara 24-29%, begitu juga dengan kandungan serat kasarnya; akan tetapi kandungan lemak relatif hampir sama. Oleh karena itu setiap kali menerima DDGS sebaiknya kandungan protein terendah yang digunakan dalam spesifikasi bahan baku untuk pakan ternak.

Berikut ini adalah hasil nilai nutrisi DDGS :


Asam Amino

Asam amino menjadi perhatian khusus oleh para ahli nutrisi sejak di ketemukanya merupakan dari penyusun protein. Kandungan asam amino DDGS sangat bagus, lebih tinggi dibandingkan jagung .Namun demikian ada 1 asam amino yaitu lysin yang rendah digestablenya karena proses pengeringan. Sampai saat ini di percaya bahwa ada perbedaan kandungan asam amino pada DDGS yang berbeda warna, umumnya DDGS dengan warna lebih terang kandungan asam aminonya lebih tinggi total maupun digestablenya.


Adanya korelasi perbedaan warna dengan kandungan nutrisi menunjukan adanya penurunan kandungan lysin disebabkan karena faktor prosesing/peneringan. Berikut ini adalah kandungan asam amino dari ketiga sample yang berbeda warnanya:


Metabolisme Energy

Tidak ditemukan perbedaan kandungan metabolisme energi antara DDGS berwarna terang dengan yang berwarna gelap. Ada korelasi antara kandungan serat kasar pada DDGS dengan Energi Metabolisme, tetapi kadungan energy 2800 kcal/kg bisa digunakan untuk formulasi. Berikut adalah publikasi dari Department Poultry Science, Universitas Georgia tentang kandungan True Metabilosme Energy:


Phospor Available

Phospor available bisa mencapai 65% dari total phospor, ini diduga karena adanya proses fermentasi dimana yeast mengahasilakn sedikit enzyme phytase yang mampu melepas phospor yang diikat oleh phytat.

Mycotoxin

Hanya nilai nutrient saja yang meningkat 3 kali lipat dari jagung, namun kandungan toxin/mycotoxin juga ada kemungkinan meningkat karena proses fermentasi tidak merusak mycotoxin. Walaupun demikian mungkin industri alkohol mempertimbangkan qualitas jagung, mungkin saja qualitas jagung yang berjamur karena penyimpanan akan menghasilkan efisiensi yang berbeda dalam menghasilkan alkohol.

Partikel Size dan Density

Dalam prakteknya industri pakan di indonesia sangat memperhatikan partikel size dari pakan. Qualitas dari pellet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya specs mesin pellet (Die),Condisioner, fat, jenis bahan baku, dan partikel size dari bahan baku. Oleh karenanya penting mempertimbangkan partikel size DDGS terutama yang akan digunakan untuk pakan broiler pre-starter. Pertimbangan density pakan penting juga karena kapasitas tembolok ayam juga terbatas. Jika density pakan terlalu rendah kapasitas tembolok sudah terpenuhi tetapi kebutuhan nutrient belum tercukupi. (Telah di terbitkan di Majalah Trobos, Edisi Dec 2007).


0 komentar:

Posting Komentar