Selasa, 31 Maret 2009

Manajemen Litter Pada Broiler Komersial

Manajemen Litter pada broiler adalah salah satu faktor penting yang harus di perhatikan, karena selama hidupnya broiler berada di atas litter yang bercampur dengan kotoran, sisa pakan yang tercecer dan air yang tumpah; kondisi tersebut bisa memicu infeksi penyakit pada broiler. Litter yang kering dan berdebu bisa meningkatkan ayam yang mengalami dehidrasi, penyakit pernafasan dan bisa dipastikan akan mengalami penyakit tertentu, namun litter yang basah secara umum mempunyai efek negatif yang besar pada performance, kesehatan dan keuntungan dalam budidaya. Oleh karena itu yang paling baik adalah bagaimana mengatur litter agar kadar airnya berkisar 25% (20-25%). Hal tesebut membutuhkan pengetahuan khusus dari mulai memilih material untuk litter, dan bagaimana pengelolaannya.

Material untuk Litter

Di Indonesia Litter biasa diartikan sebagai sekam, karena pada kenyataanya sebagian peternak menggunakan sekam padi sebagai bahan litter pada broiler. Namun perlu diketahui bahwa litter bisa saja berasal dari bahan lain, asalkan memenuhi syarat tertentu dan sesuai dengan tujuan pemberian litter tersebut.

Paling tidak ada 3 tujuan menggunakan litter pada budidaya broiler yaitu:

  1. Untuk menyerap air, bisa dari tempat minum yang tumpah dan atau dari kotoran yang basah
  2. Mengurangi kontak broiler dengan kotoran
  3. Pada broiler masa pre-starter (umur 0-7 hari), Litter berfungsi sebagai pembatas kontak langsung dengan lantai yang suhunya terlalu dingin. Bahkan pada masa tersebut, suhu litter menjadi salah satu parameter penting untuk menciptakan suasana yang nyaman.

Oleh karena itu kita perlu jeli dalam memilih jenis litter yaitu harus menyerap air, ringan (low density), murah dan tidak beracun.



Berikut ini adalah beberapa alternatif bahan yang bisa digunakan sebagai litter dalam budidaya broiler.

Jerami

Jerami Gandum dinilai paling cocok untuk material litter

Jerami Jewawut (barley) lebih jelek dibandingkan jerami gandum

Jerami padi yang di buat hay (dikeringkan) berpotensi sebagai bahan litter

Kriteria jerami secara umum: harus dipotong kecil-kecil agar menyerap air lebih banyak, harus bebas dari residu peptisida, dan jamur. Di Indonesia jerami gandum dan jewawut tidak tersedia. Potongan dari bonggol jagung yang kering juga berpotensi sebagai litter.

Potongan Kertas Bekas

Potongan kertas mempunyai daya serap yang sangat tinggi terhadap air, namun jika kotoran basah litter dari bahan kertas sangat sulit untuk dikelola. Tinta warna juga di kawatirkan dapat berbahanya dan bersifat racun bagi ternak.

Serbuk Gergaji

Sifatnya sangat menyerap air, serbuk gergaji yang kering sangat bagus untuk bahan litter, namun harus diperhatikan apakah ada residu bahan kimia dari yang digunakan industri kayu atau tidak karena bahan tersebut berbahaya bagi ternak.

pasir

Walaupun bisa di gunakan sebagai bahan litter, pasir tidak dianjurkan digunakan di Indonesia karena tidak bisa digunakan sebagai penghalang dingin dari lantai. Hanya mungkin digunakan jika lantai panas, dan sulit/berat untuk di balik.

Kulit Kacang

Bahan ini murah, tetapi ketersediannya sedikit. Walaupun kulit kacang keras tetapi mudah untuk dikelola. Kelemahan yang paling besar adalah mudah ditumbuhi jamur dan beresiko terjadinya aspergillosis.

Sekam Padi

Di Indonesia bahan ini adalah pilihan terbaik, selain harganya murah ketersediannya juga cukup melimpah dan mampu menahan suhu dingin dari lantai. Namun demikian daya serap bahan ini terhadap air sangat rendah sehingga perlu penambahan (penaburan) berulangkali untuk menghindari litter basah


Kualitas Litter

Setelah memilih bahan untuk litter, peternak diharapkan juga mengetahui apa saja yang mempengaruhi kualitas litter sehingga mampu menjaga agar litter selalu dalam kondisi bagus pada saat masa pemeliharaan.

1. Kadar Air pada Litter

Kandungan air dalam liiter dapat dipengaruhi oleh jenis tempat minum, kelembaban, sirkulasi udara, bahan dari liltter, ketebalan, density ayam dan tingkat kesehatan ayam.

Pemasangan air minum yang terlalu tinggi tidaklah baik dalam manajemen pemeliharaan broiler, namun penempatan tempat yang terlalu rendah sering mengakibatkan banyak air yang tumpah yang menyebabkan litter menjadi basah. Padahal nipple dan tempat minum yang digantung dipercaya mampu mengurangi kadar air litter hingga 7% jika dipasang dengan benar.

Para ahli menyarankan ketebalan litter antara 5-10 cm, tergantung dari bahan yang digunakan, kondisi lingkungan dan musim. Biasanya jika ketebalan litter kurang dari 7 cm sering mengakibatkan banyak litter yang menggumpal sehingga banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuang gumpalan

2.
Amonia
Kandungan amonia mempunyai efek negatif pada performance, kualitas karkas, pewarnaan pada kulit dan kesehatan. Mengambil litter yang basah dan mengurangi pH litter adalah 2 cara untuk meminimalisasi kandungan amonia. Beberapa literatur menyebutkan bahwa kadar amonia 25 ppm atau lebih dalam litter menyebabkan membengkaknya FCR dan perbedaan berat badan panen turun. Wacana saat ini adalah men-treatment litter dengan bahan kimia tertentu dan atau acidifier untuk mengurangi amonia dan populasi bakteri. Adapun penyebab tingginya amonia adalah kondisi litter yang basah, dan level crude protein yang terlalu tinggi pada pakan sementara kandungan asam aminonya tidak seimbang. Penyebab wet dropping sendiri bermacam-macam. Kelebihan mineral tertentu menyebabkan ayam minum lebih banyak sehingga terjadi wet dropping, atau karena kasus infeksi penyakit dan atau karena suhu lingkungan pada saat itu sangat tinggi. E coli, Comphylobacterjejuni dan Spirochaetes berpotensi menyebabkan wet dropping. Mycotoxin dalam pakan menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan wet dropping. Selain itu liiter juga kadang bisa berlemak jika Qualitas minyak yang digunakan jelek. Cara yang terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menambah/menabur litter kembali.
3. Density Ayam

Telah diketahui bahwa kepadatan ayam sangat berpengaruh terhadap
performance danuniformity. Tingginya kepadatan menyebabkan tekanan
kondisi lingkungan. Oleh karena itujika kepadatan ayam tinggi
disarankan untuk menambah jarak tempat pakan dan harus ada
ketersediaan minum secara terus menerus.


Tips Menjaga Kualitas Litter
  1. Untuk menghindari akumulasi amonia pada saat brooding, pemanasan dan ventilasi yang baik selama 24 - 48 jam sebelum chick in membantu untuk mengatasi hal tersebut.
  2. Dalam minggu pertama pengaturan minimum ventilasi untuk mengeluarkan amonia agar tidak meningkat sangat dibutuhkan. Pembukaan layar minimal antara 1 - 5 menit tergantung pada tingkat amonia.
  3. Untuk ayam dewasa menggunakan kipas angin untuk menggerakan udara. Ini bisa mengurangi kadar air litter dan akumulasi amonia.
  4. Cek kondisi dan pemasangan tempat air minum. Air minum yang tumpah menyebabkan litter cepat basah dan menggumpal.
  5. Litter yang mengumpal harus diambil dan diganti dengan yang baru.
  6. Spray dengan disinfektan secara rutin (harus berkabut) untuk mengurangi populasi bakteri, sebelum dan sesudah menambahkan litter yang baru.
  7. Secara berkala harus ada penambahan litter, mengingat bahan tertentu mempunyai keterbatasan kemampuan dalam penyerapan air.

Kualitas Litter vs Penyakit

Bakteri dalam feses jumlahnya cukup banyak, termasuk E coli juga di temui dalam jumlah besar. Ini berbahaya jika kondisi sekam berdebu, karena jumlah bakteri dalam udara bisa mencapai 106 per gram. Jika di hirup oleh ayam setiap hari maka maka ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya Colibacsilosis, selain itu bakteri jenis lain yang menyebabkan penyakit pernafasan juga akan menginfeksi ayam. Terlebih jika kondisi sirkulasi udara kurang baik. Pada litter yang basah efek amonia lebih dominan, amonia bisa menurunkan performa, mempengaruhi pewarnaan pada kulit, pada level 25 ppm menurunkan berat badan dan meningkatkan FCR, tetapi pada level yang lebih tinggi (50-100 ppm) dapat menyebabkan kebutaan pada ayam. Infeksi akibat virus juga bisa menginfeksi ayam dalam kondisi tersebut.
(Penulis : skm/Sukarman) (Sumber : www.cjfeed.co.id)

0 komentar:

Posting Komentar